Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[WPC-23] Reyotnya Bangunan Sekolah Kami (Potret Gedung Sekolah di Banten Utara)

9 Oktober 2012   01:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:03 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_210451" align="aligncenter" width="534" caption="Memasuki sekolah "][/caption] Hari masih pagi, tetapi panas begitu terik, mobil yang saya tumpangi bersama teman-teman melaju memasuki sebuah kecamatan di Kabupaten Serang, Banten. Tepatnya kecamatan Pontang. Meskipun saya lihat kota Pontang ada di dalam peta, tapi saya baru sekali ini mendengar namanya, apalagi berkunjung di sini. Mobil kami melaju ke arah utara. Waktu itu memang saya bersama teman-teman mencari daerah-daerah yang dekat ke garis pantai utara untuk mengambil sampel tanah di sana. Sekilas pandang kecamatan ini agak kumuh, entahlah apa karena saya memasuki wilayah desanya. Di sepanjang jalan tampak entah selokan, kali atau sungai kecil dengan air yang berwarna hijau sampai kecoklatan. Di sana-sini tampak bermacam-macam sampah menghiasi permukaan dan pinggir kali. Rumah-rumah di sepanjang jalan ini juga banyak yang hanya terbuat dari bilik bambu berlantai tanah. Parahnya lagi, semua kegiatan seperti mandi, mencuci baju dan piring, menggosok gigi dan sebagainya dilakukan di kali yang kotor ini. Bahkan saya lihat ada seorang ibu muda yang sedang memandikan bayinya di kali. Gak kebayang ya gimana kalau kita disuruh tinggal beberapa hari di tempat seperti ini, mungkin saya tidak akan makan atau minum karena gak sanggup minum air yang berasal dari kali yang berwarna gelap ini. Bahkan saya lihat warna kalinya ada yang sampai berwarna hitam, entah sudah berapa tingkat pencemaran air di tempat ini. Saya malah menduga, masih banyak penduduk yang belum punya tempat untuk MCK (mandi cuci kakus). Sambil mengamati pemandangan yang sangat tidak menyejukkan mata, akhirnya kami sampai di daerah perkampungan nelayan. Tampak seorang anak kecil berada di atas perahunya yang sedang ditambatkan di pinggir sungai. Seorang bapak tengah sibuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah bertanya-tanya sedikit, kami kembali memutar arah ke tempat sebelumnya yang sudah dilewati. Sepanjang jalan, kami mencari-cari sawah dan petani yang bisa ditanya-tanyai, rata-rata mereka sedang sibuk bekerja atau sedang istirahat. Akhirnya mobil kami berhenti di dekat sebuah warung kecil berbilik bambu. Saya turun dari mobil dan mengamati pemandangan sekitar. Masih tampak sama dengan pemandangan sebelumnya. Kali kecil yang berwarna hijau kecoklatan dengan sampah-sampah yang bertebaran di permukaan dan pinggirnya. Segerombolan anak sekolah berpakaian olahraga dan berseragam batik tampak sedang asyik makan dan minum di warung tersebut. Mereka langsung menengok dan memperhatikan dengan seksama saat mobil kami parkir dekat situ. Sebenarnya kami hendak bertanya kepada para petani yang sedang berkumpul untuk makan siang di pinggir sawah itu. Tapi karena takut mengganggu, akhirnya saya melangkah dulu ke dekat anak-anak sekolah itu berkumpul. Sambil melihat-lihat situasi, saya berjalan melewati kali kecil, menuju areal bekas persawahan yang tidak ditanami di belakang sungai, di dekat sebuah bangunan. [caption id="attachment_210453" align="aligncenter" width="534" caption="Lihat sampahnya"]

1349746734191726659
1349746734191726659
[/caption] [caption id="attachment_210452" align="aligncenter" width="534" caption="Gerombolan anak sekolah"]
13497466881648895681
13497466881648895681
[/caption]

[caption id="attachment_210454" align="aligncenter" width="534" caption="Sedang jam istirahat"]

13497467951407461949
13497467951407461949
[/caption]

Saya melihat bangunan berbilik bambu yang reyot di sana. Di dalamnya tampak beberapa orang tengah duduk di lantai. Awalnya saya pikir itu bangunan apa. Waktu itu agak terkejut juga, karena ternyata bangunan yang reyot itu adalah sekolahan. Dan orang-orang yang sedang duduk di dalamnya kemungkinan adalah para guru di sekolah itu. Memang di depan bangunan bambu itu ada papan yang bertuliskan peraturan-peraturan seperti sebuah sekolahan, tapi saya benar-banar tidak menyangka. Kasihan sekali mereka harus melakukan kegiatan belajar-mengajar di tempat seperti ini.

[caption id="attachment_210455" align="aligncenter" width="534" caption="Bangunan sekolah"]

13497468651502334393
13497468651502334393
[/caption] [caption id="attachment_210456" align="aligncenter" width="534" caption="Areal di sekitar sekolah"]
13497469361970817549
13497469361970817549
[/caption] Tak berapa lama kemudian anak-anak sekolah yang tadinya duduk di kantin itu berjalan beriringan menuju bangunan itu. Mungkin waktu istirahat sudah selesai dan mereka harus kembali belajar. Tapi banyak dari mereka yang tidak langsung masuk ke ruangan. Banyak yang bersorak-sorak heboh ketika saya lewat dengan membawa kamera poket. Bahkan ada yang memanggil ‘teteh-teteh!!! mau difotoin’. Mungkin mereka jarang sekali difoto, akhirnya saya tawari dua orang murid perempuan untuk difoto, tetapi mereka tampak malu-malu dan seperti hendak mau lari. [caption id="attachment_210459" align="aligncenter" width="534" caption="Belum mau masuk kelas"]
1349747053909932912
1349747053909932912
[/caption]

[caption id="attachment_210457" align="aligncenter" width="534" caption="memasuki sekolah"]

1349746996276510831
1349746996276510831
[/caption]

[caption id="attachment_210460" align="aligncenter" width="400" caption="Pengen difoto tapi malu-malu :-)"]

1349747101429866553
1349747101429866553
[/caption]

Sebenarnya agak heran juga sih. Memang saya sudah beberapa kali melihat bangunan sekolah seperti ini di daerah Banten, bahkan lebih parah lagi kondisinya. Tetapi akses menuju kecamatan Pontang ini tidak terlalu susah dan tidak terlalu jauh dari kota Serang. Tetapi kenapa daerah ini tidak mendapat perhatian yang layak dari pemerintah daerah.

Tak jauh dari bangunan sekolah dari bilik bambu itu, saya lihat ada bangunan dari tembok yang sedang dibangun. Semoga saja ini adalah bangunan sekolah baru yang akan menggantikan bangunan sekolah lama dari bilik bambu itu. Entah bagaimana situasi terakhir di sana, saya tidak tahu.

[caption id="attachment_210461" align="aligncenter" width="534" caption="Semoga ini jadi bangunan sekolah yang baru"]

1349747191875690079
1349747191875690079
[/caption] Semoga bermanfaat. Salam jepret Bogor, 9 Oktober 2012 Note : foto-foto diambil tanggal 15 Februari 2012, entah bisa masuk foto esai apa tidak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun