Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemarau yang Merindukan Hujan

10 September 2012   17:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1347299742199429335

Kemarau yang merindukan hujan Seperti aku yang menunggumu di sudut taman mungil Atau sebaliknya Kau yang merindukanku di sela-sela pepohonan dan semak belukar Kemarau itu merindukan hujan Dikatakannya pada awan lewat angin yang bertiup Tapi rindu tak tersampaikan Angin malah membawa hujan yang hampir turun pergi menjauh Ia bercerita pada rumput dan ilalang yang mencoklat Berbisik pada dedaunan yang meranggas Dan mengabarkan pada tanah kering yang retak Bahwa ia merindukan rintik hujan Meski kemarau dan hujan tidak pernah bersatu Tapi kemarau merindukan hujan Katanya Ia gerah pada teriknya mentari Ia bosan pada udara yang panas Dan ia kasihan pada ranting-ranting yang mengering Ia sungguh tak tega melihat daun-daun menjadi kuning dan layu Ia iba pada bunga-bunga yang kusam penuh debu Kemarau bersungguh-sungguh Disampaikannya lagi rindunya Lewat air danau dan sungai yang mulai mengering Dibujuknya lagi awan Lewat hewan dan manusia yang mulai kehausan Meski enggan Ia turun perlahan Bukan kasihan pada kemarau Tapi pada pepohonan yang selalu menjerit Hingga seluruh daunnya rontok Setetes demi setetes Dibasahinya tanah Agar akar bisa melepaskan dahaganya Hingga menjelma menjadi embun pagi esok harinya Kota hujan yang jarang hujan, 11 September 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun