[caption id="attachment_113383" align="alignnone" width="649" caption="Polisi yang sedang bertugas di salah satu sudut kota tua Jakarta (Dokumen pribadi)"][/caption] Apa ya kira-kira yang membuat pengendara motor ditilang polisi? Jangan-jangan karena memang lagi apes aja atau polisinya iseng. Kejadian ini saya temui ketika sedang hunting foto di kawasan kota tua Jakarta seminggu yang lalu (2/5). Saya dan seorang teman sedang berjalan ke arah Jl. Kali Besar Barat. Waktu itu saya ingin memotret gedung tua yang ada di sudut jalan. Saya menyuruh temanku itu untuk berdiri di bawah tulisan ‘Jl. Kali Besar Barat’. Setelah dia menyeberang jalan, saya mulai jeprat-jepret. Lalu lintas kendaraan yang lewat begitu ramai. Saya lihat dua orang polisi berdiri di seberang jalan, sambil sesekali tangannya bergerak mengarahkan kendaraan yang lewat. Entah iseng atau bagaimana, tiba-tiba seorang polisi mendekati temanku yang sedang kupotret. Mungkin dia heran, ngapain berdiri di situ, atau jangan-jangan mengira teman saya mau menyeberang jalan. [caption id="attachment_113385" align="alignnone" width="608" caption="Polisi yang bertugas di antara ramainya lalu lintas di jalan (Dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_113386" align="alignnone" width="406" caption="Teman saya sedang menyebrang jalan, mendekati gedung tua (Dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_113387" align="alignnone" width="608" caption="Salah seorang polisi berdiri setelah mendekati teman saya yang sedang kupotret, dan menyapanya (Dokumen pribadi)"][/caption] Tak berapa lama jalanan agak lengang, ada satu pengendara motor yang lewat, eh langsung diberhentikan oleh polisi itu. Gak tahu apa salahnya, yang lain juga tadi banyak yang lewat tapi tidak diberhentikan. Ya sudah iseng-iseng saya jepret aja. Lihat saja foto-fotoku berikut ini :-) [caption id="attachment_113389" align="alignnone" width="608" caption="Tiba-tiba polisi yang menyapa teman saya memberhentikan salah seorang pengendara motor dan menggiringnya ke pinggir jalan (Dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_113391" align="alignnone" width="608" caption="Si polisi meminta SIM dan STNK dari si pengemudi (Dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_113392" align="alignnone" width="608" caption="Si pengendara menunjukkan SIM dan STNKnya ke polisi (Dokumen pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_113393" align="alignnone" width="507" caption=""Ayo ikut saya" begitulah kira-kira kata polisi kepada pengendara, kemudian mereka berjalan menyingkir. Tidak tahu kejadian selanjutnya, dan saya tidak memotretnya (Dokumen pribadi)"][/caption] Saya tidak tahu kejadian selanjutnya karena tidak kupotret juga, tapi yang jelas pengendara motor itu dibiarkan pergi oleh polisi. Yah mungkin saja uang yang berbicara hehehe. Saya sih cuek aja, kembali memotret-motret lagi. Rupanya polisi itu malah mendekati saya dan bertanya “Emang darimana sih?” “Dari Bogor” jawabku “Bogornya di mana?” tanyanya lagi “Cimanggu” jawabku sambil tetap membidik gambar “Ooo, cimanggu” sambil mengangguk-anggukkan kepala (“sok tau kayak ngerti Cimanggu aja hehehe” dalam hatiku) “Kuliah apa gimana sih?” polisi itu nanya lagi “Sudah kerja pak” “Dua-duanya ya (maksudnya temanku yang di seberang)?” “Iya pak” “Terus buat apaan motret-motret?” “Ya seneng aja pak” Wajahnya terlihat heran, kemudian dia berkomentar lagi “Dikira orang sutris lho” “Ya gaklah pak, masa motret-motret di pinggir jalan dibilang sutris” jawabku cuek Polisi itu tertawa, aku tetap melanjutkan memotret, akhirnya dia menjauh ke arah seberang jalan, sampai tidak terlihat lagi. Dalam hatiku berkata, pak polisi kali yang sutris, masa tahu-tahu nilang gak jelas gitu, padahal masih tanggal muda ya hehehe. Belum tahu dia kalau kupotret dan kutulis di kompasiana hahaha. Bogor, 10 Juni 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H