Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Edisi Sukabumi] Ke Goa 'Siluman' Buniayu

1 Maret 2014   05:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_314486" align="aligncenter" width="602" caption="Menuju mulut goa"]

1393601314238262360
1393601314238262360
[/caption]

[caption id="attachment_314488" align="aligncenter" width="602" caption="Mulut goa yang tampak menyeramkan"]

13936013621586197073
13936013621586197073
[/caption]

Si pemandu datang dengan membawa lilin penerangan. Kami sempat berfoto-foto dulu sebelum memasuki goa. Setapak demi setapak kami menuruni goa. Yulia yang ukuran kakinya kecil benar-benar tidak bisa melangkah karena sepatu bootnya kebesaran. Akhirnya saya dan Yulia bertukar sepatu boot. Di goa minat umum ini memang sudah dibuatkan tangga-tangga sehingga memudahkan penelusuran. Arahnya pun horizontal, tidak ada yang vertikal, jadi tidak harus pakai tali-temali. Tetapi tetap saja harus hati-hati karena anak tangganya dipenuhi bekas-bekas lumpur sehingga agak lengket dan licin.

[caption id="attachment_314491" align="aligncenter" width="602" caption="Menuruni tangga di dalam goa"]

13936014871685825928
13936014871685825928
[/caption]

[caption id="attachment_314492" align="aligncenter" width="602" caption="Memasuki lorong sempit"]

1393601536167447297
1393601536167447297
[/caption]

Aroma kotoran kelelawar tercium saat kami memasuki goa agak lebih ke dalam. Udaranya terasa begitu lembap. Di dalam memang ada sungainya tetapi airnya tidak jernih. Kalau musim hujan mungkin ketinggian air bisa meningkat dan agak membahayakan untuk dikunjungi. Tapi gak perlu takut karena di dalam tidak ada ular, begitu kata si pemandu. Sempat pula kami merasakan gelap abadi selama beberapa detik saat lampu penerang dimatikan.

Beberapa ornamen goa sempat kami saksikan tapi tidak semua saya ketahui namanya. Yang paling banyak adalah stalaktit, yaitu sejenis mineral yang menggantung di langit-langit gua kapur, dan tumbuh ke bawah. Katanya pertumbuhannya hanya sekitar 1 mm per tahun. Ornamen ini yang membuat goa menjadi lebih cantik, tetapi sayangnya warnanya agak kecoklatan. Adapula stalakmit, mirip dengan stalaktit tetapi tumbuh ke atas. Namun nampaknya pertumbuhannya lebih lambat dibanding stalaktit dan jumlahnya lebih sedikit. Adapula ornamen lain yang bentuknya seperti singgasana berbentuk kubah bulat, saya lupa namanya apa. Ohya tempat ini juga pernah dipakai syuting film/sinetron laga seperti Si Buta dari Goa hantu. Orang asingpun banyak yang sering datang ke goa ini untuk mengadakan riset.

[caption id="attachment_314493" align="aligncenter" width="602" caption="Stalaktit"]

1393601586372836288
1393601586372836288
[/caption]

[caption id="attachment_314495" align="aligncenter" width="602" caption="Stalakmit"]

1393601621321382253
1393601621321382253
[/caption]

[caption id="attachment_314496" align="aligncenter" width="590" caption="Ornamen goa lain seperti kubah"]

139360165518460444
139360165518460444
[/caption]

[caption id="attachment_314498" align="aligncenter" width="602" caption="Air yang ada di dalam goa"]

1393601703353040227
1393601703353040227
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun