Inilah jalan-jalan perdana di tahun baru 2014. Bersama kompasianer Yulia Rahmawati dan Ria Astuti, kami berangkat pagi-pagi sekali dari Stasiun Bogor menuju Sukabumi. Niat awalnya cuma iseng. Nyobain kereta Pangrango Bogor-Sukabumi, terus balik lagi. Karena cuma nyobain kereta, kami juga tidak tahu mau jalan kemana. Sayapun menghubungi mbak Ramdiyah Luki, kompasianer dari Sukabumi yang sudah sejak lama ngajakin kopdar tapi baru kesampaian saat itu. Akhirnya kami janjian di depan stasiun beberapa saat setelah kereta memasuki pemberhentian terakhir di Stasiun Sukabumi.
Mbak Ramdiyah menawarkan untuk berwisata ke Goa Siluman di Kecamatan Nyalindung. Wow...mendengar namanya saja sudah ngeri. Tapi kami mengiyakan, mumpung di Sukabumi dan kebetulan mbak Ramdiyah membawa mobil sendiri, jadi akses kemana-mana bisa lebih leluasa. Jadilah perjalanan iseng malah menjadi blusukan di dalam goa.
Goa siluman sekarang ternyata sudah diganti namanya menjadi Goa Buniayu, mungkin supaya tidak memberikan kesan seram. Waktu tempuh sekitar 45 menit dari Kota Sukabumi. Tapi perjalanan tidak akan membosankan karena kita akan melewati jalan berliku-liku dengan pemandangan indah di sisi kanan dan kiri. Mirip seperti di Puncak tetapi bebas kemacetan.
Memasuki areal wisata, kita akan disuguhi pemandangan deretan pohon-pohon tinggi. Jalanan yang dilewati lumayan jelek, tetapi untunglah Mbak Ramdiyah, meskipun katanya pemula dalam menyetir mobil sanggup melewati medan yang cukup berat. Sampailah kami di halaman Goa Buniayu. Mungkin karena masih belum terlalu populer, tidak banyak pengunjung yang ada di sini. Buniayu sendiri berarti kecantikan yang tersembunyi.
[caption id="attachment_314479" align="aligncenter" width="450" caption="Jalan menuju Kawasan Goa Buniayu"]
[caption id="attachment_314481" align="aligncenter" width="610" caption="Kiri ke kanan : Ria, Yulia dan mbak Ramdiyah"]
Suasana di sekitar goa terasa asri. Tampak beberapa saung dari kayu yang diperuntukkan untuk tempat menginap wisatawan. Sepertinya banyak pula yang nge-camp di sini, terutama para pecinta alam. Di sekitar goa banyak dijumpai batu yang mirip dengan batu karang. Mungkin ini membuktikan apa yang dikatakan pemandu kami bahwa di daerah ini ratusan juta tahun yang lalu adalah laut.
[caption id="attachment_314482" align="aligncenter" width="602" caption="Saung-saung untuk menginap"]
[caption id="attachment_314484" align="aligncenter" width="450" caption="Bebatuan mirip batu karang di sekitar goa"]
Di goa ini ada beberapa minat penelusuran yaitu minat umum, semi dan khusus. Kalau umum tidak perlu berganti kostum, hanya pakai sepatu boot dan lama penelusuran paling-paling hanya ½ jam. Kalau yang semi, tingkat kesulitannya lebih tinggi lagi, dan harus memakai perlengkapan khusus (baju dan head lamp). Nah kalau yang khusus, medannya berat dan perlu persiapan khusus karena akan menelusuri goa sejauh 2,5 km selama kurang lebih 4 jam. Karena kami datang tanpa persiapan, akhirnya hanya memilih minat umum dengan membayar seharga Rp. 20.000,- per orang. Mbak Ramdiyah sendiri tidak ikutan masuk goa karena belum lama ini sudah pernah masuk Goa Buniayu untuk penelusuran semi (Baca : di sini).
Kami harus menuruni tangga sebelum sampai ke mulut goa. Sepatu boot yang kami pakai benar-benar menyulitkan gerak langkah kaki, serasa lebih berat dan jalan jadi licin. Kami berhenti sejenak di depan mulut goa sambil menunggu pemandu yang akan menemani selama penelusuran. Saya perhatikan sesaat, mulut goanya memang tampak menyeramkan. Pantas saja dijuluki goa siluman. Mungkin juga memang ada cerita mistis tentang goa siluman ini, tetapi saya tidak berminat untuk mengetahuinya.