Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kawah Ratu Gunung Salak : Keindahan yang Eksotis dan Penuh Mistis

23 Maret 2014   22:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:50 26566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mencapai Kawah Ratu, kita akan melewati dua kawah yaitu kawah mati I dan kawah mati II. Entah mengapa disebut mati, mungkin karena sudah tidak aktif lagi. Bau belerang terasa menyengat ketika tiba di kawah mati I. Ada sungai kecil yang warnanya agak keputihan karena pengaruh belerang. Suasana di sini begitu berbeda dengan jalur sebelumnya. Terasa sunyi, mencekam dan tentu saja mistis. Banyak sisa ranting-ranting kering dan pohon-pohon mati di sana, tetapi masih banyak pula pohon yang masih hidup sekitarnya.

[caption id="attachment_316697" align="aligncenter" width="421" caption="Danau mati (Dok. Yani)"]

1395568694293458540
1395568694293458540
[/caption]

[caption id="attachment_316689" align="aligncenter" width="421" caption="Hutan mati (Dok. Yani)"]

13955620341444883585
13955620341444883585
[/caption]

[caption id="attachment_316695" align="aligncenter" width="421" caption="Papan peringatan di kawah mati II (Dok. Yani)"]

1395567765180667141
1395567765180667141
[/caption]

Setelah melewati kawah mati I, kami harus melewati jalan menanjak agak terjal yang dipenuhi akar-akar pohon. Setelah itu di sisi kanan terlihat sebuah danau, yang disebut danau mati. Pemandangan layaknya hutan mati dihiasi aliran belerang berwarna kuning dan batu-batu besar terpampang di depan mata. Banyak pula ornamen cantik di atas tanah dan ukiran kayu yang yang terbentuk secara alami. Ada keindahan yang eksotis sekaligus suasana yang galau mencekam di situ. Coba saja lihat foto-fotonya. Sungguh hebat memang ciptaan Allah SWT. Tapi jangan berlama-lama di sini. Tak jauh dari tempat ini ada papan peringatan yang sudah rusak dengan tulisannya yang hampir pudar. Mungkin beginilah kira-kira bunyinya : “ Dilarang berjongkok lebih dari 3 menit. Gas beracun dari kawah (CO, CO2, H2S, H2SO4), mengendap, terkonsentrasi di permukaan tanah. Status kawah = aktif normal”. Entah peringatan itu masih berlaku atau tidak, yang jelas kami buru-buru meninggalkan tempat ini menuju Kawah Ratu.

Kami harus menuruni jalan setapak yang tanahnya berwarna agak putih. Di kanan kiri masih terdapat banyak tumbuhan seperti paku-pakuan dan lumut, serta tumbuhan tinggi lainnya. Hanya berjalan beberapa menit kami sudah bisa melihat kepulan asap berwarna putih. Inilah rupanya yang disebut Kawah Ratu. Tidak seperti Kawah Ijen maupun Kawah Tangkuban Perahu yang membentuk kaldera luas ataupun cekungan di puncak gunung. Kawah Ratu memang tidak terlalu luas, bentuknya mungkin menyerupai bukit-bukit kapur yang berasap di banyak titik. Di tengah-tengah ada semacam cekungan yang membentuk kolam kecil berisi cairan dan mengeluarkan asap yang bertiup sesuai dengan arah angin.

Mungkin karena saat ini sedang banyak hujan, asap jadi bermunculan dimana-mana akibat tekanan dari bawah dan menimbulkan suara keras bergemuruh. Karena itulah pendakian ke kawah ratu biasanya ditutup pada saat musim penghujan. Disarankan untuk tidak melewati titik aman kawah karena gas CO2 yang keluar meskipun tidak berbau tetapi sangat mematikan. Jadi berada di sekitar sini pun tidak boleh lebih dari 20 menit.

Menurut si pemandu, di Kawah Ratu terdapat sumber mata air yang nantinya akan turun ke bawah sebagai curug seribu, tetapi tidak bisa diminum langsung. Letak agak jauh dari tempat kami berdiri, sehingga saya tidak bisa melihatnya langsung. Curg seribu sendiri merupakan curug terbesar di Gunung Salak dan letaknya paling tinggi di antara yang lain.

Di sana kami juga bertemu rombongan pendaki lain. Mereka rupanya ingin menyeberang ke jalur Cidahu melewati pinggiran kawah. Agak seram juga karena arah asap terkadang berpindah-pindah dan bisa saja muncul di tanah yang kita pijak. Pemandangan Kawah Ratu memang terkesan gersang, dengan aura mistis dan misterius. Walaupun begitu masih banyak pula tumbuhan pioner seperti lumut yang hijau bak karpet yang mampu tumbuh di bebatuan sekitarnya.

[caption id="attachment_316699" align="aligncenter" width="421" caption="Kami berlima di kawah ratu (Dok. Yani)"]

1395569165343917691
1395569165343917691
[/caption]

Sekitar jam 11-an, kami kembali turun meninggalkan Kawah Ratu. Saat perjalanan pulang kami beristirahat sejenak di dekat sumber air yang dapat diminum langsung sambil membersihkan kaki. Cuaca agak sedikit panas waktu itu. Rasa seger banget minum air langsung dari sumbernya. Tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau, pokoknya bersih banget deh. Setelah puas makan dan minum, kami melanjutkan jalan ke bawah. Rasanya perjalanan pulang hanya kami tempuh kurang dari 2 jam. Sampai-sampai orang di di pos penjagaan mengira kami trekking sambil lari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun