Wisata goa bukan termasuk tempat favoritku. Mungkin seumur hidup, masuk goa baru bisa dihitung dengan jari. Soalnya saya kurang senang bergelap-gelap. Tetapi jika kebetulan sedang ke suatu tempat dan melewati goa, tentu saja saya akan mampir.
Pacitan memang dikenal sebagai kabupaten seribu goa. Pegunungan karst yang membentang di wilayah tersebut memungkinkan terbentuknya goa bawah tanah. Seperti kemarin saat ke Pantai Klayar (baca : di sini), kita akan melewati 3 buah goa yakni goa putri, goa gong dan goa kalak. Saya tidak sempat mampir ke goa putri. Sedangkan di goa kalak hanya berfoto-foto di luarnya saja karena waktu itu pintu gerbang di mulut goa digembok dan suasanya sepi sekali. Sementara saya hanya berdua dengan teman plus tukang ojek, jadi gak berani masuk.
[caption id="attachment_341533" align="alignnone" width="602" caption="Situs Goa Gong (Dok.Yani)"][/caption]
Wisata goa yang paling terkenal di jalur menuju pantai klayar adalah goa gong. Sama halnya dengan pantai klayar, goa ini ramai pengunjung di saat liburan panjang, apalagi hanya berjarak 7 km dari jalan raya. Sehingga sehari sebelumnya, saat kami baru sampai di Punung sekitar jam 2 siang, jalan masuk ke arah goa ditutup untuk kendaraan beroda 4. Jadi supaya lebih efisien, sepulangnya dari pantai klayar, kami mampir dulu ke goa kalak dan goa gong.
Sekitar jam 10 pagi, kami tiba di parkiran goa gong yang sudah dipadati kendaraan. Mungkin karena akses ke sana juga gampang, kebanyakan pengunjung memanfaatkan untuk wisata keluarga dengan membawa istri dan anak-anaknya. Kami harus melewati tangga menanjak yang kanan-kirinya dipadati penjual souvenir ataupun makanan sebelum sampai mulut goa gong. Di sana banyak penjual jasa yang menawarkan senternya untuk dipakai selama kita menelusuri goa. Kebetulan saya sendiri membawa senter, jadi saya tolak tawaran mereka.
[caption id="attachment_341534" align="alignnone" width="602" caption="Mulut goa gong (Dok.Yani)"]
Dari luar saja sudah kelihatan ramai pengunjung. Tidak ada ruang yang kosong dari manusia, bahkan saya kesulitan untuk berfoto di mulut goa karena selalu ada saja orang yang berlalu-lalang. Goa gong memang goa wisata, dengan kedalaman sekitar 300 m, sudah tidak terasa nuansa petualangan dan mistisnya, apalagi di tengah keramaian pengunjung. Goa ini sudah dilengkapi dengan banyak fasilitas pencahayaan dan kipas angin. Meskipun remang-remang tapi cukuplah untuk bisa melihat bagian dalam goa. Jadi bagi yang tidak membawa senter, saya pikir tidak perlu menyewa senter. Sayangnya karena terlalu banyak pengunjung, udara dalam goa terasa panas.
Memasuki bagian dalam goa, udara semakin terasa pengap. Kami harus antri karena padatnya wisatawan, begitupun jika ingin berfoto. Untuk menikmati goa ataupun berfoto juga tidak bisa berlama-lama, karena kalau kelamaan berhenti di suatu sudut, kasihan pengunjung lain yang berada di belakang kita. Jalur masuk (menurun) sengaja dipisah dengan jalur keluar (naik) membentuk jalan memutar untuk menghindari tabrakan sesama pengunjung. Bagian goa terdalam letaknya di bawah/dasar. Jalurnya sudah dibuatkan berupa tangga-tangga yang membelah di antara stalaktit dan stalakmit, dengan pegangan tangan berupa besi.
[caption id="attachment_341535" align="alignnone" width="400" caption="Stalaktit dan stalakmit (Dok.Yani)"]
[caption id="attachment_341538" align="alignnone" width="602" caption="Macam-macam ornamen goa (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_341539" align="alignnone" width="482" caption="Macam-macam ornamen goa (Dok. Yani)"]