[caption id="attachment_369067" align="alignnone" width="648" caption="Jembatan Cimarinjung (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_369068" align="alignnone" width="648" caption="Aliran Sungai Cimarinjung yang berwarna coklat jingga ditimpa cahaya sore (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_369065" align="alignnone" width="432" caption="Curug Nyelempet dilihat dari Jembatan Cimarinjung (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_369066" align="alignnone" width="583" caption="Pemandangan di sekitar Puncak Darma (Dok. Yani)"]
Sepanjang jalan, pemandangan yang dilewati tidak jauh beda dengan yang sebelumnya. Kami juga melewati jembatan Sungai Cimarinjung yang berwarna coklat jingga ditimpa cahaya matahari sore. Dari jembatan itu kita bisa melihat Curug Nyelempet di kejauhan. Sungai inilah yang akan mengalir ke Curug Cimarinjung, suaranya juga sayup-sayup masih terdengar. Dari situ perjalanan ke Puncak sudah tidak begitu jauh, jalanan juga tidak begitu sulit hanya saja licin dan menanjak. Tapi semua kelelahan akan terbayar ketika sampai di atas. Sungguh luar biasa. Dan yang lebih menyenangkan lagi suasananya sepi, hanya rombongan kami yang berada di sini. Jadi inilah yang disebut Puncak Darma. Memang bentuknya seperti amfiteater raksasa, bentuknya seperti tapal kuda yang menghadap ke Samudera Hindia dengan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Dari sini, di sekitar padang rumput dan sawah kita bisa memandang lepas ke bawah, ke Teluk Ciletuh. Melihat lembah hijau dan puncak-puncak bukit sekaligus laut. Nun jauh di ufuk barat, matahari sore seakan malu menampakkan diri, bersembunyi di balik gumpalan awan tebal. Tak berapa hujan rintikpun mulai turun dan makin lama semakin deras. Terpaksa kami harus berjalan turun sambil berhujan-hujan ria, dan bayangkan betapa licin jalan berbatu yang harus kami lewati. Untunglah sesampainya di jembatan Cimarinjung hujan mereda. Matahari sore kembali bersinar. Meskipun tidak di Puncak Darma, saya masih menyaksikan langit senja yang berwarna-warni. Sambil berjalan kaki, saya bisa memotretnya meskipun seringkali terhalang pepohonan.
[caption id="attachment_369073" align="alignnone" width="648" caption="Di Puncak Darma, memandang ke Teluk Ciletuh (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_369069" align="alignnone" width="648" caption="Padang ilalang dan pohon jati di sekitar Puncak Darma (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_369071" align="alignnone" width="648" caption="Jelang senja di Teluk Ciletuh (Dok. Yani)"]
Di dekat jembatan kecil, mobil sudah menunggu kami untuk meneruskan perjalanan ke Basecamp Ciletuh. Di rumah itu kami sempat beristirahat dan membersihkan badan. Sebelum pulang kami berpamitan dengan si pemandu dari PAPSI.
“Mudah-mudahan kalau ke sini lagi jalannya sudah bagus ya” ujarnya
“Amiiin. Wah tapi kalau jalannya bagus gak offroad dan adventure lagi dong” jawab kami sesaat sebelum menaiki mobil.