Pokok Ketiga
Sifat yang berlawanan dari jiwa adalah pikiran. Pikiran itu pada dasarnya liar, pikiran itu selalu penasaran, pikiran itu saking liarnya apa yang tidak berguna pun dipikirkan juga, sementara jiwa itu menghendaki ketenangan.
Mari kita lihat seberapa liar pikiran. Ketika hati berucap “saya ingin makan dengan makanan Padang” maka pikiran mulai memikirkan bagaimana enaknya makan di restoran Padang, pikiran mulai berputar-putar bagaimana bisa pergi ke restoran atau rumah makan Padang, “…perlu jalan kaki, naik motor, atau mobil kah pergi ke tempat itu?” Pikiran jadi berputarputar, memeriksa isi dompet, apakah cukup uangnya, apakah cukup waktu untuk pergi dan kembali? Dst.
Menyadari pola dari pikiran, mari sama-sama kita tenangkan pikiran yang hobi berputar liar ini, kalau sudah terlalu malam ya gak harus juga makan nasi Padang, kan sebetulnya cukup makan apa saja yang ada disini, di lemari, di kulkas, di dapur, ada apa yang mudah untuk dijangkau? Jinakkan pikiran yang liar, kalau ingin lepas dari duka, susah dan sengsara, pandai-pandai kita melihat dan menelisik derap pikiran dan perasaan, pandailah menenangkan perasaan, karena kalau perasaan tenang, pikiran pun ikut tenang (vice-versa), tidak liar lagi.
Tentang apa pun, tentang karir yang Anda idamkan, tentang cinta asmara yang Anda risaukan, tentang keluarga Anda, tentang orang lain yang menjelekan Anda di belakang, tetangga yang membicarakan Anda, dan lai9n sebagainya apa pun yang Anda pikirkan dan risaukan, lihatlah semua adalah jalan praktik atau latihan untuk menjinakan pikiran yang liar.
Pikiran akan menjadi tenang dengan tenangnya perasaan dan perasaan bisa menjadi tenang dengan tersentuh jiwa. Konsep jiwa pada hakikatnya adalah sebuah usaha untuk meraih kondisi yang menyadari kekuasaan Tuhan Yang Maha Memiliki Jiwa sehingga bisa lebih pasrah dan menerima perjalanan kehidupan dalam melalui berbagai episode naik dan turunnya.
Tenangkan rasa penasaran Anda atas kondisi politik, penasaran Anda tentang keadaan ekonomi, rasa penasaran tentang ini dan itu, tentang agama, kemanusiaan, ketuhanan, dan tentang apapun itu, tenangkan, terlalu banyak yang dipikirkan maka hidup akan menjadi terlalu ribet, bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu, ingin ini, ingin itu. Banyak hal yang kita inginkan, maka semakin rumit pikiran mesti berputar, dan semakin berpotensi susahlah hidup kita.
Untuk menjadikan hidup lebih hidup, menjadi sederhana adalah pilihannya, bukan menjadi rumit. Hidup yang sederhana adalah hidup yang menerima, menerima, dan menerima saja apa yang Tuhan berikan kepada kita, dan kemudian kita bertindak atau berbuat sekuat daya atas kondisi yang datang kepada kita sejauh mana pengalaman dan keilmuan yang kita ketahui mengajarkan tentang apa yang bisa dan mesti kita perbuat.
Pada kenyataannya, tidak mudah untuk menjinakan pikiran yang liar ini, dibutuhkan kesadaran akan proses, serta latihan dan praktik yang terus menerus. Mulailah dengan memperhatikan kehidupan secara lebih seksama dan belajar untuk bisa menyerahkan diri kepada kekuasaan Yang Maha Kuasa ketika kita mengingat-Nya dalam segala kerisauan dan kegundahan kita. Dekatkan diri Anda dengan kepasrahan.
Ketika kita pasrah maka produksi hormone endorfin (senyawa kimiawi dalam tubuh yang membuat seseorang merasa senang dan untuk kekebalan tubuh) akan mengalir.
Apabila ini semakin dihayati dan jam terbang melakukan kepasrahan semakin tinggi, maka kepasrahan akan bekerja kepada bawah sadar Anda, bereaksi di dalam tanpa Anda sadari, bahkan ketika Anda tidur, kepasrahan akan terus bekerja memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, pelan-pelan akan lepas sendiri apa yang membebani Anda, lepas sendiri semua resah, semua susah gelisah, dan semua rasa sengsara itu pada waktunya.
Melalui meningkatnya kebijaksanaan, Pikiran yang liar bisa menjadi jinak, yaitu tunduk pada jiwa, biarpun selanjutnya selalu ada tantangan lain yang membangkitkan lagi keliaran pikiran namun dengan dasar pemahaman tentang jiwa kita akan bisa selalu mengusahakan kedamaian sampai akhirnya jiwa konstan dalam kedamaian. Saat itulah kebahagiaan konstan mewujud.
*****
Tulisan di atas diambil dari Buku The Constant Happiness yang ditulis oleh Aryandi Yogaswara bersama Julianti. Untuk membaca bukunya secara online dan melihat 8 pokok kebahagiaan konstan bisa melalui blog ini: http://downloadtheconstanthappiness.blogspot.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H