HIKMAH
Syair Keempat: Para Pemberi Peringatan - Bait 13
4:13 Kebun Anggur, Kurma, dan Delima
"Kami jadikan diantaranya di negerimu dua kebun,
yaitu kebun anggur dan kebun kurma,
yang baik lagi menyegarkan
dan menyehatkan.
Kami pancarkan mata air yang murni
dari tanah ini,
dan delima yang berisi hikmah.
Supaya mereka dapat makan dari buahnya,
dan mereka bersyukur karenanya."
---
Penjelasan Bait Syair dari Penulis:
Kebun Anggur yang dituliskan adalah perumpamaan umat Nasrani.
Sementara kebun Kurma adalah umat Islam.
Delima yang dimaksud adalah simbolisasi dari bangsa Indonesia sebagai umat kebangkitan di akhir jaman.
Delima ibarat Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Berbeda-beda tetapi Satu jua.
Buah Delima yang satu namun di dalamnya terdiri dari banyak biji adalah simbolisasi dari Negeri kita.
Ada dua jenis biji buah Delima, yang berwarna merah dan putih sebagaimana warna bendera kita.
Mata air yang murni adalah ajaran yang bersumber dari nilai yang luhur, sebuah pemahaman yang berasal dari nilai Ketuhanan yang benar karena diperoleh dari pembelajaran kepada Alam Kehidupan yang nyata.
Yaitu ajaran untuk menundukan diri kepada Yang Maha Kuasa dan menyayangi sesama manusia dan alam.
Dituliskannya istilah "mata air yang murni" adalah simbolisasi dari akan adanya pemurnian kembali ajaran-ajaran agama di seluruh dunia sehingga secara esensi berbagai agama dan kepercayaan bisa dilihat sebagai sama secara hakikat walaupun berbeda dalam syariat.
Dikatakan "sama" ketika manusia melihat dan menyadari bahwa semua tata peribadatan pada hakikatnya menyembah Tuhan Yang Maha Esa, Yang Satu dan Yang Sama walaupun Namanya disebut dengan Nama yang berbeda-beda.
Dengan memahami Keesaan Tuhan maka buah dari agama bagi seorang manusia yang sungguh-sungguh mengikuti dan mempelajarinya adalah kemampuan mengaktulisasikan segala pengajaran agamanya itu secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat - yang berarti bisa menjunjung tinggi nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan keseluruhan nilai dari Pancasila lainnya.
Falsafah Delima yang berarti persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam syair di atas diawali dengan dengan menyebutkan Kebun Anggur dan Kurma.
Maksud dari penulis, bahwasannya Kebhinekaan bisa dimulai di negeri kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan Nasrani dengan memahami bahwa inti dari agama baik Islam maupun Nasrani bersumber dari Petunjuk Tuhan yang sama, kemudian dari situ akan disadari bahwa semua agama dan kepercayaan pun pada hakikatnya bersumber dariNya Yang Esa.
Islam yang dulunya bersatu dibawah kepemimpinan Muhammad Rasulullah, dan Nasrani dibawah pengajaran Kasih Isa al Masih, di masa kebangkitan besar akan disatukan rasa persaudaraannya sebagai pertanda tibanya masa Delima yang dinubuahkan Rasulullah Muhammad SAW dengan 'bahasa simbolik' Akhir Jaman tentang kedatangan Imam Mahdi dan turunnya kembali Ruh Isa Al Masih.
Bersatu bukan mencampuradukan ajaran agama, melainkan berarti: hidup rukun dan damai dalam naungan Pancasila di Negara kita.
Mewujudkan kesatuan antar agama dan keyakinan yang beragam dibawah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah pemaaknaan dari Delima yang disebut di syairnya, bahwa di balik segala perbedaan yang ada dalam agama dan kepercayaan, kita semua menyembah Tuhan yang sama, Dia Yang Maha Esa.
Imam Mahdi yang didampingi Ruh Isa Al Masih dalam hal ini berarti seorang Pemimpin Negeri atau Presiden yang memahami esensi semua agama yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Presiden yang menguasai esensi setiap agama di Indonesia baik Islam, Nasrani, Hindu, Buddha, dan lain sebagainya sehingga sebagaimana disebutkan di bait syair di atas, bisa menjadi sumber mata air yang murni.
Dalam kepemimpinannya, semua agama dan kepercayaan di dunia akan bersatu membawa dunia dalam damai selama ratusan tahun yang akan datang.
Buah Delima dalam Ayat Kitab Suci dan Peradaban Manusia
Buah delima telah beribu tahun digunakan sebagai makanan.
Biji delima pernah ditemukan pada situs arkeologi zaman Perunggu Tengah di daerah Yerikho dan Nimrud.
Bangsa Sumeria telah menanam pohon Delima di bawah pohon Kurma pada sekitar 3000 SM.
Hal ini seolah mengisyaratkan bahwa kemunculan Pancasila sebagai simbol kedamaian dan kebangkitan Nusantara didahului dengan tumbuhnya pohon Kurma yaitu masuknya Islam ke tanah Nusantara 500 tahun yang lalu sehingga saat ini menjadi agama mayoritas di Indonesia.
Delima sangat sering disebut dalam Perjanjian Lama. Di dalam al Quran surat Al Rahman ayat 68, buah delima (rumman) disebut sebagai buah lain selain kurma yang tumbuh di surga.
QS Ar Rahman ayat 68-69
"Di dalam keduanya ada buah-buahan, kurma dan delima.
Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?"
QS Al Anam ayat 99
"Dan Dia-lah yang menurunkan air hujan dari langit. Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, dari tumbuhan itu tanaman yang menghijau.
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau bulir yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, kebun anggur, zaitun, dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikan buahnya di waktu pohonnya berbuah dan matang. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang yang beriman."
Dalam surat Al Anam di atas, Zaitun, Anggur, Kurma, dan Delima disebutkan bersamaan. Maka perhatikan bahwa diantaranya ayat ini menyampaikan tentang tiga agama samawi:
Zaitun - sebagai simbol dari agama Yahudi. Mengingat minyak Zaitun adalah minyak yang digunakan untuk mengurapi bangsa Yahudi.
Anggur - sebagai simbol dari agama Nasrani. Yesus Kristus atau Isa Al Masih sering menggunakan perumpamaan Kebun Anggur, dan di malam perjamuan terakhir minuman yang digunakan adalah Anggur.
Kurma - Adalah buah kesukaan Rasulullah, sebagai simbol dari agama Islam.
Delima - Bhinneka Tunggal Ika.
Sebagai penutup dari penjelasan bait syair ini, ada kisah bahwa setelah para ahli mempelajari berbagai sumber teks kuno, mereka berteori bahwa buah delima mungkin adalah “apel” yang tumbuh di Taman Eden atau Surga yang disebutkan di Kitab Perjanjian Lama.
Nama latin Delima: Punica Granatum, berarti buah apel yang banyak bijinya.
Boleh jadi Taman Eden atau Surga di Bumi itu memang adalah Nusantara, wilayah di garis khatulistiwa dengan sumber daya alam yang sangat kaya dan terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya namun hidup dalam rukun dan damai.
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H