700AN PEMIMPIN YANG TERPILIH UNTUK BERGOTONG ROYONGÂ MEMULIAKAN KEHIDUPAN BANGSA
Oleh: Aryandi Yogaswara
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Memandang tanda-tanda alam yang tampak, tentang masa perubahan besar di Indonesia dan dunia, maka dengan mengikuti dan menyelaraskan momen alam yang sedang terjadi, ada kesempatan bahwasannya segenap rakyat Indonesia bisa digerakan untuk menjadikan Pemilu 2019 sebagai kemenangan besar bangsa Indonesia dengan berhasil menaikan 700an manusia terpilih menjadi Pemimpin bangsa ini.
Bukan hanya sekedar memenangkan Presiden dan wakilnya saja sebagai Badan Eksekutif. Melainkan mestilah termasuk 700an orang anggota dari Badan Legislatif, yaitu para Anggota DPR/MPR Yang Mulia.
Pelajaran perpolitikan di negeri menunjukan, tanpa dukungan penuh dan ikatan persatuan dan kesatuan yang didasari nilai Pancasila dari segenap anggota DPR/MPR, akan menjadi sulit dan terbatas Pemerintahan yang dipimpin Presiden untuk menjalani mandat dari rakyat dan amanat dari Yang Maha Kuasa dalam mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran kepada seluruh rakyat Indonesia.
Lembaga Presiden bersama dengan 700an Anggota MPR yang terdiri dari para Anggota DPR dan Utusan Daerah mestilah memiliki satu kesatuan visi dan misi teramat kuat yang tunggal dan tidak terbagi sama sekali untuk kepentingan diri maupun partai.
Yang dimaksud dengan para manusia terpilih adalah mereka yang memiliki kualitas tata nilai yang sama dan kapabilitas terbaik dalam bidang kecakapannya masing-masing berdasarkan fungsi dan perannya dalam pemerintahan.Â
Dengan mereka sebagai pondasi negara, para manusia pilihan tersebut akan mampu mewujudkan visi dan misi besar negeri kita.
Visi itu adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kepada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Misi itu adalah Pancasila, kita meyakini, melalui penerapan nilai luhur Pancasila sebagai cara pandang hidup bangsa Indonesia kita bisa meraih visi besar bangsa bagi penduduk negeri dan dunia.
Oleh karenanya pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Pancasila menjadi syarat mutlak bagi para pemegang mandat dari rakyat dalam setiap struktur pemerintahan, dari jajaran yang paling tinggi sampai paling rendah, dari Presiden dan DPR/MPR sampai struktur RT dan RW.
Menjelang Pemilu 2019, pertanyaannya sekarang: "Bagaimana kita bisa melampaui sistem dan segala partai yang ada untuk bisa memilih para manusia pilihan tersebut?"
Berikut adalah gagasan yang ingin disampaikan artikel ini dalam menjawab pertanyaan di atas:
Bangsa Indonesia di 2019 terdiri dari sekitar 260 juta jiwa, yang berarti katakanlah sekitar 70an juta KK atau keluarga. Maka masing-masing 700an yang terpilih, mestilah bisa dipilih oleh sekitar 100 ribuan KK untuk bisa mendapatkan tempat di DPR/MPR.
Untuk mendapatkan dukungan dari sekitar 100 ribu KK, kita gunakan model Piramida yang biasa digunakan dalam sistem bisnis MLM.
Kita lakukan perhitungan, apabila awalnya adalah jumlah 700an orang, maka setiap satu orang dari mereka mestilah bisa membangkitkan kesadaran Jiwa 10 orang melalui penggunaan Buku Hikmat sebagai salah satu alat kebangkitan, dan setiap 10 orang yang Jiwa-nya telah bangkit tersebut, dengan memiliki visi dan misi sama, maka mereka secara alamiah akan membangkitkan setidaknya 10 orang lagi, dan seterusnya.
1 menjadi 10,
10 menjadi 100,
100 menjadi 1000,
1000 menjadi 10 ribu,
10 ribu menjadi 100 ribu!
Seleksi alam akan terjadi alamiah, kenyataan akan memperlihatkan, bahwa setiap satu orang yang memiliki pengaruh pada 100 ribu KK, mestilah menjadi sosok potensial yang bisa dipilih oleh rakyat di tempatnya berada, baik di kabupaten atau kota maupun di provinsi.
Karenanya secara teknis, yang perlu dilakukan oleh setiap orang yang mendapat 'panggilan' ini atau yang setuju kepada apa yang dituliskan dalam buku Hikmat adalah untuk menyampaikan dari mulut ke mulut kepada masyarakat dan keluarga terdekatnya, kepada tetangganya dan rekan di tempat bekerjanya, setidaknya kepada 10 orang saja.
Materi atau bahan untuk dikomunikasikan perlu ada, yaitu yang mudah dipahami dan menggugah semangat kebersamaan sebagaimana tujuan dari dibuatnya buku Hikmat ini sebagai salah satu 'alat' panduan kebangkitan.
Rencana tindakan selanjutnya di akhir 2018, menjelang tahun 2019 adalah melakukan 'pemilihan pendahuluan'.
Tidak masalah apabila calon para terpilih harus melalui partai sebagaiman peraturan Undang undang saat ini, kita bisa katakan: Apapun partainya, pada saat pencoblosan, rakyat akan tahu siapa yang harus dipilih.
Apabila pesan Hikmat bisa menyentuh setiap keluarga yang ada di Indonesia, atau setidaknya 50 juta keluarga tersentuh oleh apa yang dituliskan, maka kita bisa melakukan ini 'pemilihan pendahuluan' bertahap dimulai dari setiap wilayah RT.
Warga dalam satu RT memilih siapa diantara mereka yang paling dilihat dan dikenal baik serta bijaksana dan telah terbukti nyata memberikan kontribusi kebaikan yang besar bagi warga.
Itulah pemimpin yang dipilih untuk naik ke tingkat wilayah RW (tidak harus ketua RT-nya), setelah tokoh di RW terpilih selanjutnya mereka bisa bermusyawarah memilih salah seorang diantara mereka untuk masuk ke wilayah Kelurahan atau Desa.
Di tingkat Desa, dengan mekanisme musyawarah yang sama, salah seorang diantara tokoh RW terpilih naik masuk ke tingkat Kecamatan, kemudian setiap yang masuk di wilayah Kecamatan bermusyawarah memilih salah satu di antara mereka untuk diangkat bersama ke wilayah Kabupaten.
Setelah sampai ke wilayah Kabupaten, jumlah dukungan mestilah sudah lebih dari 100 ribu keluarga, itulah tokoh terpilihnya yang akan diproyeksikan untuk masuk sebagai anggota MPR. Salah satu dari 700an yang terpilih dari Sabang sampai Merauke.
Maka info sosok tokoh tersebut kemudian diturunkan ke bawah, ke segenap keluarga di setiap RT. Agar semua kompak memilih tokoh tersebut dalam Pemilu 2019.
Demikianlah, 700an manusia pilihan yang dinantikan bangsa Indonesia pada akhirnya terwujud nyata.
Mereka yang akan naik terus ke atas dari level RT sampai Kabupaten melalui mekanisme ini bukan manusia biasa.
Seseorang yang dikenal baik budi pekerti atau akhlak baiknya disertai kapabiltas kepemimpinan yang bisa menginspirasi secara mendalam sampai 100 ribuan KK di sebuah Kabupaten atau Kota pasti memiliki bakat dan panggilan jiwa yang kuat serta telah melalui perjalanan kehidupan yang sangat berat dan sarat makna sebagai anugrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Mereka adalah para manusia yang telah memahami hakikat arti kehidupan dengan mendalam, sehingga apa yang dilakukan bukan untuk kepentingan ego pribadi yang rendah apalagi mengejar keduniawian.
Selain memiliki kepandaian dan kecakapan di atas rata-rata, mereka memiliki tata nilai luhur yang dipegang sungguh-sungguh dengan seluruh jiwa dan raganya, ketulusan dan budi pekerti yang tinggi disertai kemampuan berkomunikasi yang mempengaruhi kehidupan banyak keluarga secara nyata, adalah diantara ciri-cirinya.
Seseorang yang menjalankan ini tanpa laku spiritual yang tinggi tidak akan mungkin bisa melakukan apa yang bagi kebanyakan manusia tampak sebagai kemustahilan.
Mereka adalah manusia luarbiasa diatas kebanyakan manusia. Keluarbiasaan yang mungkin terjadi hanya karena adanya Rahmat dari Yang Maha Esa.
Salam atas mereka.
Memandang apa yang tertulis di atas, semoga menjadi jelas, bahwa apa yang ditulis di buku Hikmat ini adalah bahan materi melakukan kampanye bagi rakyat Indonesia sebagaimana yang dijelaskan di atas.
Istilah lain dari kampanye adalah dakwah, siar, warta, atau propaganda untuk mempengaruhi pemikiran dan kesadaran banyak manusia.
Dalam melakukan siar atau kampanye inilah, kita memerlukan bahan sebaik mungkin. Materi sederhana yang mudah dipahami dan mampu menyentuh jiwa manusia secara mendalam.
Di dalamnya ada pesan yang terus menerus ditekankan, bahwa pembangunan jiwa dan pembangkitan ruh Pancasila melalui tiga tahapan besar. Yaitu diri pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Esensinya adalah tentang kebangkitan besar bangsa Indonesia, dari keterpurukannya menjadi bangsa di atas segala bangsa, bangsa pemenang yang menerangi kehidupan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Kita mengenal istilah ini dengan sebutan: Mercusuar Dunia.
Hanya atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa apa yang diusahakan bisa mewujud menjadi hasil yang nyata.
Bila betul masanya sudah tiba bagi Sang Waktu untuk menerbitkan kembali fajar peradaban yang akan menerangi dunia dan segenap perikehidupan manusia, maka waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur tidaklah lama.
Inilah tahun 2017, tahun harapan besar atas pertolongan Tuhan YME. Saatnya kita bergerak membentuk inti kesatuan jiwa, sehingga di tahun 2018 kokohlah pergerakannya menjadi buah bibir perbincangan yang baik di seluruh penjuru Indonesia.
2019 terpilihlah 700an Ksatria dari seluruh penjuru Nusantara, yang selanjutnya memungkinkan hanya dalam tempo 5 tahun apa yang dicitakan selama 70an tahun akan tercapai, yaitu di 2024 menjadi bangsa yang hidup adil dan makmur dan di 2025 menjadi bangsa Mercusuar Dunia.
Semangatlah negeriku!
Mudah-mudahan cukup di 2019 dan kita tidak perlu menunggu sampai 2024 untuk bisa memenangkan Pemilu secara utuh dan menempatkan 700an Pemimpin itu sebagai Bhayangkari Negara.
Sudah saatnya Raja Negeri yang dinantikan berabad lamanya dianugerahkan Tuhan Yang Maha Kuasa kepada kita.
Semoga!
-----
Tulisan di atas adalah bagian dari 10 artikel yang ada di Buku Hikmat - Membangkitkan Ruh Pancasila yang dituliskan oleh Aryandi Yogaswara.
Bagi yang ingin membaca keseluruhan buku bisa mengunjungi blog:
http://bukuhikmat.blogspot.co.idÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H