Sekali lagi saya katakan bahwa saya mungkin bukan ahli dalam teknologi -saya tidak ingin juga menjadi orang yang sok tahu tentang itu- tetapi sebagai seseorang yang hidup di zaman ini, saya tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi. Dan saya rasa, siapa pun yang membaca buku ini akan merasakan hal yang sama—ketertarikan yang bercampur dengan kecemasan akan masa depan yang semakin dekat. Di satu sisi, saya kagum dengan semua perkembangan ini. Di sisi lain, saya tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa kita sedang berlomba dengan sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya.
Mungkin inilah realitas baru yang harus kita hadapi:Â
tidak ada jaminan bahwa kita akan selalu lebih unggul dari mesin, kecuali kita terus mengembangkan keunggulan yang tidak bisa direplikasi oleh algoritma dan robot.Â
Manusia bisa menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan teknologi tanpa harus tersingkir. Namun, Ross juga mengingatkan bahwa masa depan tidak akan memberi ruang bagi mereka yang hanya menunggu dan berharap semuanya akan tetap seperti dulu. Jadi, saat saya menutup buku ini, saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya hanya akan menjadi penonton dalam perubahan ini, atau saya akan menjadi bagian dari mereka yang membentuk masa depan?
Saya ingin tekankan, masa depan tidak akan memberi ruang bagi mereka yang hanya menunggu dan berharap semuanya akan tetap seperti dulu. Dan sekali lagi, pertanyaan besar itu muncul: "apakah kita benar-benar siap?" Sebab, seperti yang Ross katakan, "Manusialah yang menentukan; beradaptasi atau musnah."
Billahitaufiqwalhidayah...
Penulis:
ARYANDA PUTRA - Sekretaris Umum Badan Koordinasi HMI (Badko HMI) Sumatera Barat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI