Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

Ab esse ad posse

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solitarius Lupus: Keberanian Menemukan Makna dalam Kesendirian

9 Januari 2025   13:43 Diperbarui: 9 Januari 2025   20:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aryanda Putra-Solitarius Lupus

"...Solitarius lupus adalah pengingat bahwa terkadang, jalan yang paling sunyi justru membawa kita menuju puncak yang paling tinggi."

TRADE-OFF SOLITARIUS LUPUS

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan hiruk-pikuk sosial, kecepatan informasi, tekanan kolektif, dan kehidupan yang semakin kompleks, istilah solitarius lupus—yang secara harfiah berarti "serigala yang menyendiri"—menjadi konsep yang menarik untuk dipahami. Serigala sering kali dianggap sebagai makhluk yang hidup berkelompok, dengan hirarki sosial yang ketat. Namun, ada kalanya seekor serigala memilih untuk hidup sendiri, keluar dari kawanan untuk menemukan jalan hidupnya sendiri.  Konsep solitarius lupus mungkin terasa asing. Sebagai metafora, serigala penyendiri sering diasosiasikan dengan individu yang memilih menyendiri, menjauhi kawanan, dan menemukan jalannya sendiri. Dalam makna tradisional, ia sering dianggap sebagai simbol keterasingan atau bahkan keputusasaan. Namun, konsep ini memiliki relevansi baru yang menarik jika dimaknai ulang sebagai bentuk keberanian untuk memeluk kesendirian demi refleksi dan pertumbuhan. Dalam konteks manusia, solitarius lupus mencerminkan individu yang memilih untuk berjalan sendiri, baik karena prinsip, tujuan hidup, maupun untuk menemukan kedamaian.

Menyendiri atau mengasingkan diri juga kita temukan dalam pemahaman Hermitism. Namun, konsep solitarius lupus berbeda  dengan hermitism; Keduanya sama-sama menggunakan kesendirian, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Hermitism bertujuan untuk menjauhkan diri dari dunia demi pemurnian rohani, sementara solitarius lupus mendorong individu untuk mengatasi tantangan dunia secara mandiri setelah menjalani masa refleksi. 

Di tengah arus besar masyarakat yang sering kali memaksakan konformitas, menjadi "serigala soliter" adalah simbol keberanian untuk keluar dari norma demi menjalani hidup yang sejati. Banyak orang merasa terjebak dalam ekspektasi kolektif yang sering kali mengorbankan individualitas. Mereka lupa bahwa setiap individu memiliki perjalanan unik yang tidak selalu dapat disesuaikan dengan standar umum. Dalam konteks ini, menjadi solitarius lupus bukan berarti mengisolasi diri sepenuhnya, melainkan mengambil jeda untuk menemukan makna, nilai, dan tujuan hidup yang autentik.

Konsep ini juga mengajarkan kita tentang kekuatan introspeksi. Dalam kesendirian, ada ruang untuk merenung, mengevaluasi diri, dan mengenali potensi sejati. Dunia modern cenderung mengalihkan perhatian kita dengan kebisingan eksternal---media sosial, tekanan kerja, atau standar sukses yang seragam. Namun, seperti serigala yang menjelajahi wilayahnya tanpa kawanan, manusia juga perlu momen sunyi untuk memahami arah hidupnya sendiri.

Lebih jauh, solitarius lupus adalah simbol keberanian untuk berjalan sendiri melawan arus. Banyak tokoh besar dalam sejarah---dari para filsuf, seniman, hingga ilmuwan---adalah "serigala soliter" yang berani mempertahankan ide mereka meski ditentang oleh dunia. Keberanian ini sering kali menjadi landasan perubahan besar dalam masyarakat.

Namun, menjadi "serigala soliter" tidak berarti menolak koneksi sosial secara total. Justru, hal ini adalah tentang menemukan keseimbangan antara kesendirian yang produktif dan hubungan yang bermakna. Seperti serigala yang kadang kembali ke kawanan setelah pengembaraannya, manusia juga dapat kembali dengan perspektif baru untuk memperkaya komunitasnya. 

Solitarius lupus juga relevan dalam konteks pencarian identitas diri. Dalam dunia yang sering kali menyuguhkan identitas instan---baik melalui tren, budaya populer, atau pandangan kolektif---kesendirian memberikan ruang untuk bertanya: Siapa aku sebenarnya? Apa tujuan hidupku? Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab di tengah hiruk-pikuk sosial, tetapi justru menemukan jawabannya membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan menghadapi keheningan batin.

Dalam hidup, kita semua adalah solitarius lupus pada titik tertentu. Ada saat-saat ketika kita harus melangkah sendirian, menghadapi ketakutan, atau mencari kebenaran di luar kebisingan dunia. Tetapi, justru dalam keberanian untuk sendiri, kita menemukan kekuatan sejati untuk menjalani hidup dengan makna yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun