Yang sering dilupakan adalah bahwa Konfercab bukan hanya tentang individu yang maju sebagai kandidat. Ini juga tentang membangun tradisi regenerasi yang sehat, sebuah budaya organisasi yang mendorong keberlanjutan tanpa ketergantungan. Pemimpin yang terpilih dari Konfercab ideal tidak hanya akan menjadi "pemimpin cabang", tetapi juga teladan bagi kader di tingkat bawah, sekaligus harapan untuk membawa HMI lebih relevan di mata masyarakat.
Karena itu, jika kita ingin Konfercab benar-benar menjadi forum intelektual yang produktif, seluruh pihak harus komitmen menjaga integritas proses ini. Senior, sebagai bagian dari keluarga besar HMI, semestinya menjadi fasilitator yang netral, bukan pemain. Kader aktif, di sisi lain, harus punya keberanian untuk menolak setiap bentuk intervensi yang merusak. Dan yang paling penting, setiap peserta Konfercab harus percaya bahwa forum ini adalah milik mereka, tempat mereka belajar, bertumbuh, dan membangun.
Konfercab dan Bayang-Bayang "Senioritas"
Konfercab, kalau kita mau jujur, adalah salah satu forum paling sakral di HMI. Bukan cuma soal pemilihan pemimpin baru di tingkat cabang, tapi juga arena bertarungnya ide-ide segar, konsep-konsep brilian, dan gagasan-gagasan visioner dari kader-kader yang benar-benar peduli dengan kemajuan organisasi. Di atas kertas, ini adalah ruang untuk mendewasakan pola pikir dan pola laku, tempat belajar menerima kekalahan dengan lapang dada dan memenangkan kontestasi dengan penuh tanggung jawab.
Namun, realitanya sering kali jauh dari ideal. Forum yang seharusnya menjadi ajang pembuktian intelektual malah berubah jadi "drama senioritas". Ada saja oknum-oknum yang merasa titel "senior" memberi mereka hak istimewa untuk mencampuri urusan kader aktif. Dengan dalih "demi kebaikan (C)abang", mereka mendikte siapa yang boleh maju, siapa yang harus mundur, dan bahkan siapa yang sebaiknya tidak usah bermimpi jadi ketua.
Ini ironis, mengingat HMI selalu menggaungkan konsep independensi. Bagaimana kita mau membangun pemimpin independen kalau proses regenerasinya saja dikangkangi oleh campur tangan yang tidak perlu? Alih-alih menghasilkan pemimpin yang matang, kita justru melahirkan "boneka" yang terbiasa diatur-atur, pemimpin yang lebih sering melihat ke belakang menunggu instruksi daripada menatap ke depan untuk membuat terobosan.
Konfercab bukan ajang nostalgia bagi mereka yang sudah selesai di HMI. Sudah saatnya kita menghormati forum ini sebagai milik kader aktif. Biarkan mereka belajar dari dinamika, dari perdebatan, dari jatuh bangun membangun konsensus. Kalau selalu diintervensi, kapan mereka akan dewasa?
Jadi, untuk para senior yang merasa gatal ingin ikut campur: sudah, tenang saja. Beri ruang untuk mereka yang masih aktif di HMI. Kalau benar kalian peduli, arahkan tanpa menguasai, dampingi tanpa mendikte, dan dukung tanpa menggerogoti independensi. Konfercab bukan panggung "reuni akbar senior", tapi tempat lahirnya pemimpin masa depan. Jangan sampai kalian jadi alasan utama mengapa proses regenerasi justru mandek di tempat.
Dan satu hal lagi yang perlu kita renungkan: senioritas di HMI itu bukan tentang siapa yang paling tua atau paling lama ber-HMI. Senioritas sejati adalah tentang memberi teladan, membuka jalan, dan menjadi mentor yang mendorong kader-kader muda untuk berani mengambil tanggung jawab besar. Tapi apa yang sering terjadi di Konfercab? Alih-alih memberi ruang, oknum-oknum senior justru sibuk "bermain catur", mengatur bidak-bidaknya demi memastikan "orang mereka" terpilih.
Padahal, jika kita lihat sejarah, pemimpin-pemimpin besar HMI tidak lahir dari skenario yang diatur sedemikian rupa. Mereka muncul karena diberi kebebasan untuk membuktikan diri, untuk bertarung ide, untuk mengambil risiko, dan tentu saja, untuk belajar dari kegagalan. Mereka tidak tumbuh di bawah bayang-bayang senior yang mengontrol setiap langkah mereka.