Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

Ab esse ad posse

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Suriah di Persimpangan Sejarah

9 Desember 2024   23:24 Diperbarui: 15 Januari 2025   00:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, tantangan terbesar justru datang dari dalam. Mampukah rakyat Suriah mengesampingkan perbedaan demi masa depan bersama? Seperti yang diungkapkan mereka sendiri, "Suriah untuk orang Suriah." Ini bukan hanya slogan, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Suriah membutuhkan lebih dari sekadar perayaan. Ia membutuhkan komitmen untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif, yang mendengarkan semua suara, tanpa kecuali.

Tantangan Eksternal Pasca Revolusi

Tentara Revolusi Suriah
Tentara Revolusi Suriah

Di tengah euforia kejatuhan rezim Bashar al-Assad, ada satu ancaman nyata yang harus diantisipasi: kemungkinan Israel memanfaatkan momen ini untuk memperkuat cengkeramannya di Dataran Tinggi Golan. Dan hari ini beberapa media Internasional telah memberitakan tentang gerakan tambahan yang mulai dilakukan Israel, dan saat tulisan ini di tulis, Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dilaporkan telah mengerahkan pasukan pertahanan (IDF) dan sejumlah tank untuk mengambil alih kendali zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan, Suriah. Kawasan strategis yang diduduki Israel sejak Perang Enam Hari 1967 ini menjadi sumber ketegangan utama dalam hubungan Suriah-Israel, meskipun stabilitas relatif selama pemerintahan Assad telah menjaga status quo.

Namun, dengan jatuhnya Assad, ada kemungkinan Israel akan menganggap runtuhnya kesepakatan damai de facto antara kedua negara sebagai alasan untuk mengalokasikan Golan secara sepihak. Bagi Israel, situasi ini bisa menjadi peluang emas untuk mengonsolidasikan kontrolnya atas wilayah tersebut, dengan dalih melindungi keamanannya di tengah ketidakpastian transisi kekuasaan di Suriah.

Tindakan semacam itu, jika terjadi, akan menambah kompleksitas situasi di Suriah yang sudah penuh tantangan. Rakyat Suriah yang tengah berjuang membangun kembali negara mereka tentu tidak ingin konflik baru muncul di perbatasan. Tetapi, sejarah menunjukkan bahwa konflik perbatasan sering kali menjadi alat untuk memperburuk instabilitas di negara yang sedang lemah. Bagi Israel, Dataran Tinggi Golan tidak hanya bernilai strategis, tetapi juga ekonomis, terutama dengan keberadaan sumber daya air dan potensi energi yang besar di kawasan tersebut.

Jika Israel benar-benar memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat klaimnya atas Golan, respons dari komunitas internasional akan menjadi kunci. Dunia tidak boleh diam melihat upaya eksploitasi terhadap negara yang baru saja keluar dari cengkeraman rezim otoriter. Alih-alih memperburuk situasi, langkah yang lebih bijak adalah mendorong dialog baru antara Suriah pasca-Assad dan Israel untuk menyelesaikan sengketa ini secara damai, dengan mengedepankan hak-hak rakyat Suriah yang tinggal di kawasan tersebut.

Namun, apakah dialog ini memungkinkan? Dengan kompleksitas konflik Suriah dan potensi masuknya banyak kepentingan asing, sulit membayangkan jalan keluar yang cepat. Israel mungkin merasa posisinya semakin kuat, terutama dengan dukungan dari negara-negara Barat. Tetapi jika komunitas internasional membiarkan ini terjadi tanpa perlawanan, pesan yang disampaikan jelas: kedaulatan negara yang sedang berjuang bisa diabaikan demi keuntungan geopolitik.

Pada akhirnya, rakyat Suriah harus tetap waspada. Kemenangan melawan rezim Assad adalah langkah besar, tetapi perjuangan untuk mempertahankan tanah air mereka dari upaya penguasaan asing, baik oleh Israel maupun aktor lainnya, masih jauh dari selesai. Suriah yang baru harus membangun kekuatan diplomasi yang kuat, menggalang solidaritas regional, dan memastikan bahwa Dataran Tinggi Golan tetap menjadi bagian dari tanah air mereka. Karena sejatinya, keadilan tidak akan tercapai jika penjajahan dalam bentuk apa pun masih dibiarkan berdiri.

Dan untuk kita yang menyaksikan dari jauh, momen ini adalah pengingat bahwa dunia tidak boleh diam ketika keadilan dilanggar. Tragedi Suriah adalah tragedi kemanusiaan, dan kebangkitannya adalah kemenangan kita bersama. Kini, yang kita bisa lakukan adalah berharap, berdoa, dan, jika memungkinkan, berkontribusi. Karena di balik setiap revolusi, ada peluang untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Kejatuhan Assad bukanlah akhir dari perjuangan Suriah, melainkan awal dari babak baru yang penuh dengan tantangan dan potensi. Dalam perjalanan ini, mereka tidak hanya harus membangun kembali infrastruktur fisik, tetapi juga menjaga integritas teritorial dan martabat bangsa mereka. Jika rakyat Suriah mampu mengatasi semua ini, maka mereka bukan hanya akan menjadi simbol perlawanan terhadap tirani, tetapi juga teladan bagaimana sebuah bangsa dapat bangkit dari reruntuhan dan menatap masa depan dengan penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun