Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jika Kesalahan dan Kebenaran bisa untuk didialogkan, kenapa harus mencari-cari Justifikasi untuk pembenaran sepihak. Association - A Stoic

Ab esse ad posse

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Independensi HMI dan Politik Islamisasi sebagai Gerakan Modern

1 Desember 2021   08:00 Diperbarui: 20 Desember 2021   23:13 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Himpunan mahasiswa Islam; 5 Februari 1947, Yogyakarta. Dok. HMI Online

"kalau Umat Islam tidak menulis tentang dirinya sendiri, maka orang lain akan menulis tentang umat islam dan tentang Islam sesuai dengan visi dan kepentingannya"-Moehammad Roem

Babakan sejarah yang menyebabkan perjuangan umat islam di Indonesia telah memasuki fase pembangunan dan penelitian untuk menghasilkan sebuah "produk" dari hasil islamisasi yang telah dilakukan di masa lampau. Sama halnya dengan proses islamisasi yang dilakukan oleh para mubaligh di masanya dengan mengedepankan nilai-nilai ketauhidan dan mengaktualisasikannya dengan nilai yang hidup ditengah masyarakat tersebut. paramubaligh tersebut terdiri dari bangsa arab itu mencapai Cina melalui ekspedisi laut yang awalnya bertujuan untuk perniagaan. Proses islamisasi tersebut tidak lain yang tidak bukan untuk meng-islamkan bangsa Indonesia yang dilihat pada masa tersebut dalam keterpurukan akibat sistem kasta yang diterapkan oleh penguasa hindu dan budha pada awal-awal nusantara.

Terbukti dengan politik islamisasi tersebut terciptanya sebuah sistem atau tatanan masyarakat baru dikawasan Nusantara bahkan Asia Tenggara. Mubaligh awal-awal masuknya islam ke Indonesia mengetahui kondisi sosiologis dari bangsa Indonesia yang terpuruk sehingga mereka menciptakan sebuah basic interests (ketertarikan dasar) sehingga masyarakat Nusantara saat itu menjadi dominan memeluk islam.

Atas dasar semangat tersebut maka sudah saatnya di masa yang sekarang ini pengetahuan sejarah perjuangan dan islamisasi yang selama ini terpampang jelas dalam sistem pendidikan nasional yang hanya menjadi teori-teori belaka dan hanya untuk wawasan pengetahuan saja, namun aksiologi dari wawasan tersebut sedikit sekali menjadi kenyataan.

Kehadiran HMI sebagai organisasi guide of social change (pengawal perubahan sosial) dan juga menempati posisi middle of social structure mampu menjawab tantangan perubahan zaman dan juga arus perubahan sosial dengan mulai menata kembali khittah perjuangan yang sudah digariskan oleh founding father HMI. Semangat politik islamisasi dewasa ini sudah terbatas hanya di kalangan tertentu dan tidak mencakup secara general perjuangan islam. Bahkan HMI seringkali tergerus dalam arus pusaran politik kekuasaan yang terkesan pragmatis dan materialistik. Untuk itu independensi yang ditanamkan dalam training- training di HMI harus mampu diaktualisasikan kedalam aktivitas organisasi dan aktivitas kader-kader HMI. 

Dalam ilmu Hukum dikenal dengan Teori Stufenbau yang terdapat istilah Grundnorm( norma yang paling mendasar ) didalamnya. Teori tersebut dipopulerkan oleh Hans Kelsen dalam eksperimennya untuk menemukan sebuah norma yang menjadi keharusan bagi sebuah rechtspersoon (subjek hukum). Penulis mencoba mengambil analogi dari istilah grundnorm tersebut untuk dijadikan hubungan antara Independensi dengan politik islamisasi.

Di HMI terdapat Norma dan Nilai yang sangat mendasar bagi seluruh kader HMI baik secara pemikiran personal maupun secara aktivitas keorganisasian secara general. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa tafsir dan ideologi dari HMI. Diantaranya yang menjadi perhatian penulis ialah Tafsir independensi dan Nilai Dasar Perjuangan. Independensi seringkali di identifikasikan sebagai watak HMI secara general. Independensi bukanlah sebuah kata asing bagi kader-kader HMI namun terkadang kebanyakan tidak mengetahui esensi dari inependensi tersebut, dalam hal ini penulis mencoba menjelaskan independensi dalam perspektif HMI. 

HMI membagi karakteristik independensi kedalam dua hal; Independensi etis, yaitu sifat independensi yang pada hakikatnya sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan.Independensi etis tersebut hanya melekat dalam kaitannya dengan kodrat manusa sebagai hamba yang hanief (cenderung pada kebenaran). Independensi organisatoris, bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI selalu melakukan partisipasi aktif , konstruktif, korektif, dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud.  Cakupan independensi tersebut mengidentifikasikan karakteristik person dan organisasi untuk mampu bertindak secara aktif dalam garis perjuangan bangsa.

Karakteristik tersebut sangat berpengaruh jika diantara masing- masing indikator sikap diatas tercermin dalam perilaku kader HMI. Dewasa ini sering sekali oknum di HMI kehilangan independensinya dengan terseret arus kekuasaan yang menjadikan pelemahan terhadap eksistensi dan marwah organisasi. Dalam konteks ini Independensi HMI adalah institusionalisasi sikap, pandangan hidup, dan karakter pribadi.  Karakter pribadi itu sebagai modal sosial untuk berpendirian teguh sebagai watak idealis HMI. Hal ini senada dengan ayat Al-qur'an, diantaranya:

" Maka tetaplah kamu kepada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS.Hud,11:112).

Ketum HMI Bukittinggi (Aryanda Putra), mendampingi Walikota Bukittinggi (H. Erman Safar)
Ketum HMI Bukittinggi (Aryanda Putra), mendampingi Walikota Bukittinggi (H. Erman Safar)
  • Formulasi Independensi HMI dan Politik Islamisasi Sebagai Gerakan Modern

Sebagai umat yang berkarakter tersendiri, umat Islam sering kali terjebak dengan pemikirannya sendiri yaitu antara ibadah dalam konteks Hablumminallah dan Hablumminannas. Orientasi ummat islam di era modern cenderung individualistik dan mengarah kepada liberalisme sekularistik yang seyogyanya jauh dari kata keadilan sosial.  Muhammad Iqbal berpendapat; "umat islam harus bergerak lebih dinamis dan kreatif dalam menghadapi hidup dan menciptakan perubahan-perubahan dibawah tuntunan ajaran Al-Qur'an".

Karakteristik Islam di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri, mulai dari pemahamannya tentang budaya dan agama serta proses akulturasi pemikiran keislaman yang dimiliki oleh setiap elemen Islam berbeda-beda namun tidak pernah berujung pada konflik, melainkan hanya adu pemikiran. Termasuk HMI dengan pemahaman Islam keindonesiaannya yang mengafirmasinya sebagai gerakan Islam yang moderat secara universal. Secara teologis, Islam mempunyai nilai-nilai universal yang menyangkut semua manusia yang cukup relevan dengan pengembangan syi'ar Islam.

Dibandingkan organisasi lain, peluang HMI dalam menjalankan eksperimen politik Islamisasi lebih besar dibandingkan dengan organisasi lain. Independensi yang dimiliki HMI dikembangkan dalam  gerak aktivitas dan ruang lingkup yang lebih luas. Meskipun ditengah kekuasaan yang tidak berpihak kepada HMI ataupun kekuasaan yang berniat menjerumuskan HMI kedalam lingkaran sifat pragmatis-materialis. Peranan dan tanggung jawab HMI dalam menegakkan nilai-nilai Islam terkhusus menjaga Independensinya dihadapan para stake holder negara nampaknya akan mengahadapi tantangan sulit yang akan melemahkan kapasitas Independensi yang mandiri. Pengembangan potensi pendanaan yang mandiri untuk menjalankan politik Islamisasi.

Gerakan modern Islam dalam batas-batas kemampuannya telah mewariskan kepada kita suatu kerangka berfikir yang komprehensif, sekalipun jauh dari tuntas, baik menyangkut pemikiran keagamaan dalam arti sempit maupun pemikiran keagamaan dalam arti yang luas.  Untuk merumuskan suatu kerangka berfikir yang lebih tuntas tentang Islam dengan segala dimensi ajarannya terletak tantangan yang mendesak dari generasi intelektual Islam yang sedang menghadapi tantangan tersebut. HMI seharusnya mampu meletakkan filter dalam diri setiap kader dan stake holder dalam struktural jabatan. Kalkulasi Independensi yang massif terhadap gerakan politik Islamisasi akan menimbulkan reaksi syi'ar yang memiliki tingkat keberhasilan yang menentukan.

Ketum HMI Bukittinggi (Aryanda Putra)
Ketum HMI Bukittinggi (Aryanda Putra)
  • Independensi HMI, Wacana Politik Islamisasi, Hubungan Moralitas dan Misi

Independensi yang berkaitan dengan moralitas HMI secara normatif menjadi marwah tersendiri terhadap ruang gerak dan lingkup aktivitas HMI sehari-hari. Yang menjadi pokok pembahasan ialah independensi yang menjadi moralitas HMI untuk terus bergerak secara dinamis dan progresif menghasilkan dinamika-dinamika yang berujung pada misi HMI sebagai organisasi islam tentunya berbeda-beda di setiap masa kepemimpinannya.

HMI yang awalnya didirikan untuk mengislamkan mahasiswa Islam, dikarenakan dampak yang sangat terasa akibat penjajahan yang dilakukan Belanda. Sub pembahasan yang sangat menarik mengingat masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam terkadang sulit menerima ajaran islam menurut tuntunan Al-Qur'an dan Hadits dikarenakan masih terbelenggu oleh budaya-budaya yang bertentangan dengan syari'at. Bahkan dalam pembentukan karakter awal yang diprakarsai oleh ayahanda Lafran Pane dengan mendirikan organisasi HMI ini, banyak menimbulkan kontroversi dikalangan mahasiswa islam sendiri. Belum lagi dengan isu sekularisme yang telah ditanamkan di tingkat perguruan tinggi. Dewasa ini hal serupa sangat sulit dihilangkan, agaknya setiap zaman memiliki orang-orang yang Islam namun masih jauh dari kata berperilaku islam, baik dari kalangan mahasiswa ataupun masyarakat umum. Contohnya di kalangan mahasiswa yang tidak perduli dengan kondisi ke ummatan dan kondisi sosial bangsa yang kian hari kian tergerus oleh zaman yang bergerak. Mahasiswa yang sejatinya di elu-elu kan sebagai Guardian of Value dan lain sebagainya tidak memiliki daya kritis dan empati terhadap suatu permasalahan sosial baik itu dalam skala ke ummatan maupun dari skala personal terhadap dirinya sendiri.

Proses islamisasi yang dilakukan HMI dengan memberikan pemahaman independensi yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits ataupun konsep-konsep yang secara menyeluruh mengenai target dari proses tersebut. Independensi yang berkaitan dengan keteguhan dari setiap kader HMI dan menciptakan dinamika politik islamisasi untuk sebuah gerak sosial dengan menggunakan nilai-nilai islam. Di era Globalisasi menyebabkan kalangan mahasiswa di dominasi dengan pola fikir materialistik dan mengedepankan pembuktian secara empirik terhadap suatu permasalahan yang muncul di setiap sendi kehidupan ke ummatan. Moralitas secara etis juga berpengaruh terhadap jalannya sebuah misi organisasi dengan tujuan menarik empati dari khalayak yang berbeda dan tidak tergabung dalam HMI. Contoh kecil ketika HMI berhasil melakukan politik Islamisasi kepada Pdt. Victor Tanja yang ketika itu beliau menerbitkan buku dengan mengambil sampel HMI, hal ini menunjukkan bahwa moralitas HMI dan kader-kadernya menjadikan adanya stigma positif yang terbangun dikarenakan norma-norma Independensi masih sangat dikedepankan.

Pengaruh moralitas terhadap misi yang digagas HMI untuk "..terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt." seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar HMI menunjukkan gambaran HMI dimasa yang akan datang sebagai "Man Of Future" dan "Intellectual Community" pengembang nilai-nilai keislaman yang sudah kian memudar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi terciptanya Indonesia yang Baldatun Toyyibun wa Rabbul ghafur.

Penulis:

ARYANDA PUTRA

Ketua Umum HMI cabang Bukittingi

Referensi:

Catatan Ir. Saleh Khalid, pertemuan M. Natsir dan Moehammad Roem dengan PB HMI tahun 1982 dalam peringatan Jong Islamieten Bond (JIB)

Yusuf Abdullah Puar, Masuknya Islam Ke Indonesia, (Jakarta: Indradjaya, 1984)

Catatan Azyumardi Azra, Mengabdi Republik, Memberdayakan Umat.

Muhammad Iqbal, Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam “dari masa klasik hingga Indonesia kontemporer”(Jakarta: Purnamedia, 2010)

Catatan Syafi’I Ma’arif, Pengaruh Gerakan Modern Islam Indonesia Terhadap Perkembangan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1990)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun