Mohon tunggu...
Arya Mukti Kusuma Dewa
Arya Mukti Kusuma Dewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa yang suka geografi, sepak bola, dan kuah soto

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Bantu DLH Yogyakarta, Tim PPK HMGP "Lestari" Sukses Petakan 306 Biopori dan Tambah 36 Biopori Baru di Warungboto

1 Agustus 2024   10:55 Diperbarui: 1 Agustus 2024   10:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta - Tim PPK Himpunan Mahasiswa Geografi Pembangunan (HMGP) "Lestari" melakukan pemetaan biopori yang sudah ada dan pembuatan biopori baru di Kelurahan Warungboto, Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan pada periode tanggal 21--25 Juli 2024. Kegiatan ini juga menjadi bentuk kerja sama dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup, bersama fasilitator Ibu Haeti.

Biopori merupakan salah satu bentuk pengolahan sampah organik yang bisa diterapkan di tingkat rumah tangga. PJ Wali Kota Yogyakarta telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 100.3.4/476 tentang Pengelolaan Sampah dalam Kegiatan Masyarakat/Usaha di Kota Yogyakarta yang meminta masyarakat Kota Yogyakarta untuk mengolah sampah organik secara mandiri. Biopori dapat menjadi solusi di tengah permasalahan Kota Yogyakarta dalam mengelola sampah. Biopori dapat bermanfaat untuk mengurangi sampah organik sekaligus menghasilkan pupuk dan menyuburkan tanah. 

Tim PPK HMGP "Lestari", yang diketuai oleh Athaya Hanum Mahira (Pembangunan Wilayah 2022), berhasil memetakan biopori di 4 RW yang terdiri dari 153 rumah tangga. Dari keempat RW tersebut, keseluruhan jumlah bioporinya adalah 158 unit. Selain melakukan pemetaan, Tim "Lestari" juga melakukan penanaman 36 unit biopori baru. Pemetaan dan penanaman dilakukan langsung oleh tim dengan menggunakan beberapa aplikasi perangkat lunak untuk  geotagging-nya dan metode survei langsung. Beberapa aspek yang dicatat terkait unit biopori di antaranya yaitu titik koordinat, pemilik, keterangan kondisi, dan dokumentasi foto.

"Kami bersama Ibu Eti sebagai fasil DLH sudah melakukan pemetaan dalam beberapa hari ke belakang. Tujuannya supaya kami jadi tahu kondisi biopori di lapangan seperti apa, beberapa biopori ada yang masih baru, ada juga yang sudah tidak layak sehingga perlu diganti. Selain itu, lewat geotagging ini, kami jadi punya data spasial yang bisa diolah lebih lanjut." tutur Athaya (25/04/2024).

Penulis: Arya Mukti Kusuma Dewa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun