Mohon tunggu...
syahyad aryamehr
syahyad aryamehr Mohon Tunggu... -

Praktisi kesehatan yang mencoba belajar menuangkan ide, pikiran, kegalauan dan sebagainya dalam bentuk tulisan. Yang namanya juga masih tahap pembelajaran pasti masih banyak kelemahan. Namun harapan saya semoga tulisan saya dapat dimengerti dan bisa bermanfaat bagi orang lain sebagai bagian dari ibadah terhadap sesama.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Nyeri Pasca Infeksi Herpes (Post Herpetic Neuralgia, Neuralgia Pasca Herpetik)

10 Januari 2010   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:32 1191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu pengalaman inderawi dan emosional yang tidak menyenangkan,yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau yang diterjemahkan seperti itu”. Nyeri neuropatik diawali atau disebabkan oleh lesi/ kerusakan primer atau disfungsi dari  sistem saraf pusat yang umumnya menetap setelah periode penyembuhan dan memberikan fenomena sensorik positif dan negatif. Mengingat respon yang kurang memuaskan terhadap analgesik biasa, nyeri neuropatik membutuhkan komitmen dalam jangka waktu lama antara pasien dan dokter untuk mendapatkan strategi manajemen yang kompleks serta frekuen. Akibatnya, banyak pasien membutuhkan strategi multidisiplin untuk meringankan penderitaan yang memadai dan mengembalikan fungsi sosialnya lagi.

Neuralgia pascaherpetik (NPH) merupakan sindrom nyeri neuropatik yang sangat mengganggu akibat infeksi Herpes zoster. NPH biasanya terjadi pada populasi usia pertengahan dan usia lanjut serta menetap hingga bertahun-tahun setelah penyembuhan erupsi (cacar). Sejumlah pendekatan dilakukan untuk mengatasi nyeri akibat zoster, menghambat progresivitasnya menuju NPH dan mengatasi NPH. Beberapa dari pendekatan ini terbukti efektif namun NPH masih saja merupakan sumber rasa frustrasi bagi pasien dan dokter. Herpes zoster merupakan infeksi virus (yang sifatnya terlokalisir) dari reaktivasi infeksi virus varicella-zoster endogen (telah ada sebelumnya dalam tubuh seseorang). Virus ini bersifat laten pada saraf sensorik atau pada saraf-saraf wajah dan kepala (saraf kranialis) setelah serangan varicella (cacar air) sebelumnya. Reaktivasi virus sering terjadi setelah infeksi primer, namun bila sistem kekebalan tubuh mampu meredamnya maka tidak nampak gejala klinis. Sekitar 90% orang dewasa di Amerika Serikat pada pemeriksaan laboratorium serologik (diambil dari darah) ditemukan bukti adanya infeksi varicella-zoster sehingga menempatkan mereka pada kelompok resiko tinggi herpes zoster. Angka insidens zoster dalam komunitas diperkirakan mencapai 1.2 hingga 3.4 per-1000 orang tiap tahunnya. Dari angka tersebut, diperkirakan insidennya bisa mencapai lebih dari 500,000 kasus tiap tahun dan sekitar 9-24% pasien-pasien ini akan mengalami NPH. Peningkatan usia nampaknya menjadi kunci faktor resiko perkembangan herpes zoster, insidensnya pada lanjut usia (diatas 60-70 tahun) mencapai 10 kasus per-1000 orang pertahun, sementara NPH juga mencapai 50% pada pasien-pasien ini dan mengalami nyeri yang berkepanjangan (dalam hitungan bulan bahkan tahun). NPH sendiri menimbulkan masalah baru akibat disability, depresi dan terisolasi secara sosial serta menurunkan kualitas hidup. Sekali NPH terjadi, akan sangat sulit melakukan penatalaksanaan secara efektif. NPH umumnya didefinisikan sebagai nyeri yang timbul lebih dari 30 hari setelah onset (gejala awal) erupsi zoster terjadi. Nyeri umumnya diekspresikan sebagai sensasi terbakar (burning) atau tertusuk-tusuk (shooting) atau gatal (itching), bahkan yang lebih berat lagi terjadi allodinia (rabaan atau hembusan angin dirasakan sebagai nyeri) dan hiperalgesia (sensasi nyeri yang dirasakan berlipat ganda). Pada pasien dengan NPH, biasanya terjadi perubahan fungsi sensorik pada area yang terkena. Pada satu penelitian, hampir seluruh penderita memiliki area erupsi yang sangat sensitif terhadap nyeri, dengan sensasi abnormal terhadap sentuhan ringan, nyeri atau temperature pada area kulit yang terkena. Nyeri umumnya dipresipitasi oleh gerakan (allodinia mekanik) atau perubahan suhu (allodinia termal). Sementara pada penelitian lainnya dinyatakan bahwa derajat defisit sensorik berhubungan dengan beratnya nyeri. Selain itu, pasien dengan NPH lebih cenderung mengalami perubahan sensorik dibanding penderita dengan zoster yang sembuh tanpa neuralgia. Nyeri yang berhubungan dengan zoster akut dan neuralgia postherpetik merupakan tipe nyeri neuropatik akibat kerusakan pada saraf tepi dan perubahan proses signal sistem saraf pusat. Aktivasi simpatis (sistem saraf otonom) yang intens pada area kulit yang terlibat merupakan akibat dari proses inflamasi (peradangan) akut yang menyebabkan vasokonstriksi (penciutan pembuluh darah), trombosis intravaskuler (penyumbatan pembuluh darah) dan iskemia (kukurangan aliran darah) dari saraf tersebut. Pasca cedera saraf, terjadi pelepasan impuls saraf tepi secara spontan, ambang aktivasi yang rendah dan respon berlebih terhadap rangsangan. Pertumbuhan akson (serat saraf) baru setelah cedera tersebut membentuk saraf baru yang justru memiliki kecenderungan memprovokasi pelepasan impuls berlebih.  Aktivitas perifer (saraf tepi) yang berlebihan tersebut diduga sebagai pencetus perubahan sifat saraf, sebagai akibatnya, terjadi respon sistem saraf pusat yang berlebihan terhadap segala rangsang. Perubahan yang terjadi ini sangat kompleks sehingga mungkin tidak dapat diatasi dengan satu jenis terapi saja. Sympathetically Maintained Pain (SMP) (Maaf pembahasan dibagian ini cukup sulit bagi saya untuk dicarikan istilah dalam bahasa yang umum) SMP didefinisikan sebagai nyeri yang “dipertahankan” oleh sistem saraf otonom (simpatis) atau oleh hormon katekolamin yang bersirkulasi. Nyeri neuropatik didiagnosis sebagai tipe SMP bila ditemukan respon positif terhadap suatu simpatolisis (blok simpatis, tindakan pemberian obat bius lokal). Terdapat beragam nyeri neuropatik yang bisa mencakup SMP ini, diantaranya phantom pain, complex regional pain syndrome, neuropati metabolik, neuralgia dan herpes zoster sendiri. Namun bagaimana mekanisme SMP terjadi, sampai sekarang masih belum dapat dijelaskan walau telah banyak hipotesis yang dilontarkan oleh para ahli. Manajemen Herpes Zoster Akut (HZA) Kini telah diketahui bahwa terapi dini yang agresif tidak hanya mengontrol nyeri dan mempercepat proses penyembuhan tapi juga dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri postherpetik dan komplikasi mata lain yang lebih serius (herpes zoster oftalmik). Kombinasi antara obat antivirus dan blok simpatis memberikan hasil yang memuaskan terhadap kontrol nyeri dan mencegah komplikasi, meski masih ada beberapa pendapat yang menyatakan blok simpatis tersebut masih kontroversial. Blok simpatis akan meningkatkan aliran darah ke saraf-saraf yang terlibat serta menginterupsi SMP, blok juga dapat mempercepat penyembuhan, nyeri terkontrol lebih dini dan kerusakan saraf permanen akibat iskemia dapat dicegah. Frekuensi blok bergantung pada respon pasien sendiri terhadap blok tersebut. Terapi lain yang dapat dilakukan adalah suntikan tepat dibawah kulit(kombinasi anestetik local dan steroid) serta obat-obat analgesik lainnya. Kini telah dikembangkan penggunaan anestetik lokal topikal (oles) dan telah terbukti cukup efektif untuk menekan NPH. Manajemen Neuralgia Postherpetik Tiga hal yang perlu menjadi perhatian khusus dalam upaya terapi NPH adalah: (1) memberi analgesia, (2) mengurangi depresi dan kecemasan dan (3) mengurangi insomnia. Strategi terapi selalu difokuskan pada pencegahan, mengingat sekali NPH terjadi maka akan sangat sulit dilakukan terapi. Sejumlah modalitas terapi perlu dipertimbangkan dengan arif dan bijaksana, mengingat beragam variasi pasien terhadap terapi (usia lanjut, efek samping dan komplikasi-komplikasi terapi yang bisa terjadi). Obat-obatan harus dipertimbangkan dengan dosis minimal yang efektif serta follow-up perjalanan nyeri pasien. Kombinasi obat-obatan tetap perlu dipertimbangkan dengan mengevaluasi keuntungan dan kerugiannya. Blok simpatis dan infiltrasi Pada kasus NPH, blok simpatis tidak akan seefektif kasus HZA. Sejumlah kasus hanya menunjukkan efektifitas sesaat namun masih ada beberapa pasien yang tetap berespon terhadap blok ini hingga beberapa hari, bahkan beberapa minggu. Sehingga perlu evaluasi yang bijak terhadap respon blok pasien, apakah akan dilanjutkan atau dihentikan. Infiltrasi anestetik lokal yang dikombinasi dengan steroid juga terbukti dapat membantu dalam terapi NPH. Antidepresan Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, imipramin dan doksepin dosis kecil efektif pada beberapa pasien melalui mekanisme efek inhibisi reuptake norepinefrin dan serotonin. Antikonvulsan (antikejang) Antikonvulsan gabapentin nampak lebih efektif mengontrol nyeri neuropatik utamanya nyeri seperti tertusuk-tusuk (shooting pain) sedangkan karbamazepin dapat digunakan sebagai altenatif. Antagonis reseptor N-Methyl-D-Aspartate (NMDA) Penelitian beberapa tahun terakhir memperlihatkan manfaat antagonis reseptor NMDA seperti amantadin, ketamin dan dekstrometorfan dalam mencegah dan sebagai terapi nyeri neuropatik. Behavioral therapy Terapi biofeedback, modifikasi perilaku, terapi relaksasi dan hipnoterapi juga sangat membantu dan perlu dipertimbangkan jika NPH telah berimplikasi sosial. Analgesik Analgesik opioid (narkotik) dosis kecil dan menengah nampak efektif pada beberapa pasien, sementara analgesic nonnarkotik menunjukkan efektifitas rendah terhadap NPH ini. Terapi lainnya Masih terdapat beberapa jenis terapi lain yang terbukti bisa meringankan NPH diantaranya capsaisin dan stimulasi elektrik. Telah terbukti bahwa faktor yang sangat penting dalam manajemen herpes zoster adalah terapi sedini mungkin dan agresif dari HZ, utamanya pada pasien dengan usia lanjut. Terapi yang tidak adekuat menunjukkan kecenderungan terjadinya nyeri neuropatik yang sangat serius dan sulit untuk diatasi. Jika sekiranya anda atau disekitar anda ada yang menderita infeksi herpes, jangan dianggap remeh..kami anjurkan untuk segera berobat karena efek komplikasi jangka panjang dari infeksi herpes zoster akan sangat merugikan dan mengganggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun