Ambong sendiri merupakan kepercayaan yang masih hidup hingga saat ini. Namun, karakter ini sejatinya masih jadi perdebatan. Apakah benar adanya? Apakah dia baik atau jahat?
Konflik bertumpuk
Edwin seperti ingin mengisahkan banyak hal melalui film ini. Konflik sudah muncul sejak di awal soal perdebatan siapa yang harus mengurus kasus pembunuhan ini, polisi Indonesia atau Malaysia.
Konflik berlanjut soal bagaimana rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum kemudian berlanjut pada perkelahian masyarakat dengan aparat militer dan penegak hukum.
Edwin seakan memotret bagaimana frustasinya masyarakat dengan polisi yang cenderung tidak menjalankan tugasnya sehingga muncul bibit main hakim sendiri.
Selain itu, melalui film ini kamu pasti gemas karena rumitnya birokasi pemerintahan di Indonesia terutama dalam upaya mengungkap kasus ini.
Sanja pun dalam proses penyelidikannya menemui bahwa ada kasus korupsi oleh penegak hukum dan perdagangan manusia lintas negara. Ditambah lagi soal realitas "titipan" aparat negara untuk masuk ke dalam instansi penegak hukum.
Inspirasi dari penelitian
Film Kabut Berduri mengambil inspirasi dari penelitian yang dilakukan oleh antropolog Dave Lumenta di medio 2000-an. Kala itu, Dave meneliti tentang kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan.
Di tahun itu, Indonesia sedang mengalami transisi dari Orde baru ke era Reformasi. Dari kacamata Dave, negara tidak hadir sebagai penyelamat, melainkan sebagai "pendatang" di perbatasan. Di era peralihan ini, kasus pembalakan liar terus meningkat.
Dalam pemutaran film terbatasnya, Kamis (11/7), Dave mengatakan era pembalakan liar sudah berakhir. Negara sudah hadir di area perbatasan. Sehingga demi kebutuhan film, Dave mengaku harus melakukan riset kembali pada 2012. Dia mengajak Edwin dan penulis skenario Ifan Ismail.