Mohon tunggu...
Arya Fernandes
Arya Fernandes Mohon Tunggu... -

Lahir di kaki Merapi. Menghabiskan masa kecil di Bukittinggi. Memilih merantau ke Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahmad Mubarok dan Gus Dur

1 September 2009   06:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:46 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang mulai menyebutnya sebagai Gus Dur kedua. Melalui pernyataan politiknya, geger politik pun terjadi. Hubungan SBY-Kalla sempat memanas saat ia menyebut Partai Golkar hanya akan meraih 2,5 persen suara pada pemilu legislatif. Bahkan Demokrat dan Golkar pecah kongsi pada pilpres lalu. Namanya Ahmad Mubarok. Dilahirkan di Purwokerto, 64 tahun silam.

Akhir Agustus lalu, Wakil Ketua Umum Demokrat itu kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Menurutnya, komunikasi politik yang tengah dibangun antara PDI Perjuangan dengan Demokrat hanyalah manuver politik untuk menekan partai mitra koalisi.

Pernyataan ini langsung mendapat tentangan keras dari partai mitra koalisi. Mubarok pun berkelit. Saat ditanya wartawan, Mubarok berdalih bahwa pers tidak utuh mengutip pernyataannya.

Akibat pernyataannya, tak hanya partai koalisi yang berang, pernyataan Mubarok juga memerahkan telinga elit PDI Perjuangan. Betapa tidak, Mubarok membantah Demokrat telah melakukan pendekatan ke PDI Perjuangan. Belakangan, beberapa partai koalisi meminta Demokrat memecat Mubarok.

Pernyataan kontroversial Ahmad Mubarok berhasil mendapat perhatian utama di media massa. Hasil media monitoring Charta Politika pada 24 – 30 Agustus 2009 menunjukkan Mubarok berhasil menjadi tokoh terpopuler dalam sepekan dengan intensitas pernyataan mencapai 32 pernyataan.

***

Yang kita kenang dari Gus Dur selain sosoknya yang toleran, pluralis, dan demokrat adalah sikap kontroversialnya dalam panggung politik. Semuanya bermula dari penyataan-pernyataan politiknya. Tak lama setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memilihnya sebagai presiden, Pengasuh Pesantren Ciganjur itu menyebut lembaga legislatif seperti taman kanak-kanak. Gus Dur juga pernah mengancam akan membubarkan DPR/MRR setelah terkuaknya kasus Buloggate dan Bruneigate.

Di internal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gus Dur juga muncul dengan kontroversial. Sebagai Ketua Dewan Syura PKB, ia pernah memecat Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil dan menggantinya dengan Alwi Shihab. Rupanya Matori bukanlah korban pertama. Setelah Matori, giliran Alwi ditendang dari kursi Ketua Umum PKB. Muhaimin Iskandar, diplot Gus Dur mengantikan Alwi. Petaka politik PKB belum berakhir di sini. Akhir Maret 2008, Gus Dur juga memecat keponakannya itu.

***

Lantas, selain pernyataaan yang kontroversial, apa yang membedakan implikasi pernyataan Mubarok dan Gus Dur? Dalam beberapa hal, pernyataan Gus Dur kadang membawa petaka politik. Ia dilengserkan dari kursi kepresidenan setelah menolak menyampaikan laporan pertangungjawaban dalam SI MPR. PKB terlibat konflik politik berkepanjangan. Setelah Matori dan Alwi, kini Gus Dur berseteru dengan Muhaimin. Meskipun kadang kontroversial, Gus Dur tetap kita kenang sebagai tokoh dan guru bangsa.

Berbeda dengan Gus Dur. Pernyataan Mubarak seperti berkah politik. Melalui pernyataannya, setelah Demokrat terlibat perang psikologi dengan Golkar, Demokrat dan SBY tampil sebagai pemenang dalam pemilu lalu. Belakangan, partai mitra koalisi tak lagi sibuk “meminta” jatah menteri setelah Mubarak “mengertaknya”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun