Tanah Merah, Madura -- Hari Raya Idul Fitri di Tanah Merah, Madura, selalu terasa istimewa. Perpaduan tradisi dan modernitas mewarnai momen indah ini, menghadirkan sukacita dan keakraban bagi masyarakat.
Di pagi hari, masjid dan mushola dipenuhi jamaah yang melaksanakan sholat Idul Fitri. Suasana khusyuk dan penuh kebahagiaan menyelimuti seluruh penjuru. Usai sholat, tradisi sungkeman kepada orang tua dan sesepuh menjadi momen mengharukan. Anak-anak mencium tangan dan meminta maaf kepada orang tua, memohon ridho dan doa untuk kehidupan yang lebih baik.
Selain tradisi sungkeman, ada tradisi unik yang dilakukan di daerah tanah merah. Konjhangan adalah mengunjungi rumah-rumah tetangga dekat hingga tentangga jauh dan akan berdoa bersama. Pada momen ini orang-orang akan bersalaman dan saling memaafkan untuk memulai hubungan yang lebih baik lagi. Setelah konjhangan dilakukan, para keluarga akan mengunjungi kerabatnya yang sudah meninggal. Tradisi ini disebut Nyekar yaitu ziarah serta membersihkan kuburan serta mendoakan kakek nenek kita yang sudah meninggal.
Tradisi unik di Bangkalan adalah "Lebaran Ketupat". Ketupat, makanan khas Lebaran, menjadi simbol persatuan dan kebersamaan. Ketupat dibagikan kepada tetangga, saudara, dan kerabat sebagai tanda saling memaafkan dan mempererat silaturahmi.
Hari Raya di Tanah Merah bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang memperkuat nilai-nilai budaya dan tradisi. Perpaduan tradisi dan modernitas menjadikan momen ini semakin istimewa dan tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H