Kamar ini bernomor 234. Tanpa bertanya saya langsung naik lantai dua tetapi kamar dilantai dua hanya bertajuk 201 - 225 tak lebih.
Karena tak ketemu, receptionist mengantar saya kekamar yang ternyata berada dilantai satu.
"Kok awalnya angka dua, lokasinya dilantai satu," kamar itu terletak diujung bagian  tengah setelah kamar 114.
"Iya pak, owner pilih nomornya supaya hoki Ji Sam Su, dulunya nomor 115.
Kamar ini sepertinya memang kurang laku. Saya harus menghidupkan AC dengan deras lalu membuka pintu lebar lebar agar bau lembab cepat hilang dari ruangan.
Setelah mandi, shalat, tanpa makan saya tertidur namun terbangun pukul satu malam.
Suara tetangga kamar sebelah mandi  tengah malam terdengar mengganggu. Saya buka pintu kamar mandi, suara mandi itu berhenti.
Kembali tutup pintu dan kembali tidur namun suara mandi kembali terdengar. Lelah mengalahkan rasa ingin tahu dan saya tertidur.
Jam tiga kembali terbangun. Tetangga kamar 114 masih gak berhenti mandi. Saya memilih berwudhu dan ketika berwudhu tetangga berhenti mandi.
Rancangan bangunan yang buruk, dinding setebal itu bisa bikin suara mandi tetangga kamar bisa semengganggu itu seperti mandi dikamar sendiri.
Saya menutup pintu kamar mandi dan memilih ritual sepertiga malam, belajar jadi orang soleh, tahajud. Tetangga kembali mandi, sepanjang ritual tahajud.