Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memulai Cerita Lama di Kaliwadas - 2

3 Oktober 2021   22:09 Diperbarui: 3 Oktober 2021   22:34 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalian pernah dengar  bagaimana siti hajar berdiri ditengah gurun mencari air?" orang tua macam saya memang suka mengada-ngada, kadang lebay. Tapi begitulah cara saya mendidik anak-anak, mengambil metafora, menukil sejarah, sesekali menyitir kitab suci, pada situasi yang mirip dari yang dihadapi .

Meski mental kami tengah lemah saya mencoba menggugah dua anak saya, dua anak muda yang memang meminta saya membimbingnya menghadapi keganasan gunung untuk batas-batas yang didapat berdasarkan pengalaman setua saya.

Kami bertiga merebahkan tubuh ketanah, ke dasar sungai yang tengah kehilangan mata air. Kering kerontang. Mata kami terpejam, membiarkan diri mendengar bisikan angin, gesekan pepohonan dan nyanyian hewan-hewan kecil yang tetap hidup ditengah lembah dimana lahar letusan pernah meluluh lantakkan keidupan disana.

"Allahumma inni, lima anzalta, ilayya min khairin fakir!" doa nabi Musa ketika menanti air di Madyan, terngiang ditelinga. Dan saya melafazkannya dengan lembut. Inilah doa saya disetiap menghadapi kesulitan yang paling paripurna.

Sementara kami membiarkan tubuh-tubuh kami bersandar pada batu-batu sungai kering, dinding punggung gunung  nampak menjulang tinggi, tempat dimana tenda kami berada dan kami masih harus berjuang memanjatnya... untuk kembali.

"Ya Tuhanku, sungguh aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang engkau turunkan kepadaku!" saya mengartikan doa itu meskipun air dilembah itu adalah suatu kemuskilan dan kami bukanlah nabi, pemilik segala kemukzizatan dunia.

Kami memang nampaknya harus kembali dan cukup berdoa saja sebelum melupakan kesempatan untuk mendekat ke langit di Puncak Gunung Slamet.

--

"Sebentar lagi matahari semakin tinggi, kita harus terus bergerak mencari air. Kami berdua akan keatas, mendekati  tebing dimana sungai berasal. Ayah cari kebawah kehilir sungai!" usul Rafi mengusik rebah diamnya didasar sungai kering.

"Kalian yakin masih ada air disekitar sini? Sudah tiga rombongan kembali naik keatas," saya hanya mencoba mengajak mereka berdamai pada kenyataan.

"Yang penting bergerak. kalau keatas biar kami berdua saja yang naik mencari," tegas Rafi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun