Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lelaki Pemikat Punai (4)

23 Desember 2020   06:08 Diperbarui: 23 Desember 2020   06:39 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rombongan dari kerajaan Demak dipimpin oleh seorang dengan garis keturunan ningrat Demak dan secara genetika raja Demak sebagai penguasa pesisir laut utara memiliki permaisuri yang berasal dari daratan Tiongkok, sementara sultan Demak sendiri selaku pendiri kesultanan memiliki nama asli Jinbun, sebuah nama yang mengisyaratkan ia sendiri adalah seorang yang bukan berperanakan Jawa. Dari cerita mulut turun temurun itulah konon  keluarga-keluarga di Sendang Witir beranak pinak diantara mereka.

Gadis berumur lima belas tahun ini masih saja tak percaya akan apa yang telah terjadi. Baginya bapak adalah lelaki yang menjadi tumpuan hidupnya. Berbagai masalah tak pernah lepas ia ceritakan pada bapak. Mulai dari bagaimana ia tergopoh-gopoh berlari mengejar bapak ke ladang jagung di belakang rumah ketika mendapatkan tamu bulanan pertamanya bahkan sebelum ia menceritakannya kepada ibu hingga bagaimana ia mengungkapkan begitu antusiasnya pada bapak bahwa ia ingin menjadi seorang   ahli kehutanan yang jika dewasa nanti bisa mengembalikan hutan-hutan di sepanjang pegunungan Kendeng kembali menghijau supaya bisa menjadi hulu yang baik bagi sungai-sungai yang mengalir di bagian utara pulau jawa.

Pegunungan Kendeng adalah bentangan dataran tinggi disepanjang pesisir utara jawa yang didominasi oleh pegunungan kapur. Luasnya wilayah ini menjadikannya wilayah bersejarah yang mengiringi sejarah jatuh bangunnya berbagai dinasti kerajaan di Jawa mulai dari Jawa tengah hingga Jawa timur. Belanda memanfaatkan lahan pegunungan kendeng untuk pembudi dayaan pohon jati berkualitas tinggi hingga menghasilkan jutaan gulden untuk kepentingan proyek kolonialisasi mereka.

"Ayu ingin mengembalikan hutan-hutan jati itu pak, mengembalikan kembali air yang deras dari sungai Tuntang," bisik ayu pada bapak suatu kali ketika bapak menceritakan kehidupan masa kecilnya di desa sendang witir sebagai pengantar tidur anak-anaknya.

"Tidurlah nduk..dan bermimpilah. Ketika bangun besok kalian berdua harus semangat untuk mengejar mimpi kalian, berangkat ke sekolah dengan giat dan ikuti semua pelajaran yang diajarkan. Jika kalian sanggup menghadirkan sebuah mimpi, kalian juga akan sanggup mencapainya!" tutup bapak, lampu berukuran lima watt diputarnya tanpa saklar menjadikan kamar yang bernuansa putih meredup lalu gelap.

Aku telah menjalani perintah bapak, belajar, belajar dan belajar. Bapak kerap mengusirku dari ladang ketika ia tahu pekerjaan rumah dari sekolah belum aku selesaikan. Disaat sebagian kecil mimpiku telah menjadi kenyataan, dihari-hari menjelang keberangkatan untuk melanjutkan perjuangan, semua kesempatan yang ada seolah sirna dalam sekejap seperti kumpulan pohon jati yang tengah bangkit  dari meranggas tiba-tiba terbakar hebat oleh karena sebuah puntung rokok para 'blandong' jati.

"Ayu..untuk bapakmu...hentikan tangismu cah ayu!" ibu memeluk Ayu dengan lembut. Dua perempuan itu pasti juga punya mimpi, mimpi yang mereka hadirkan sendiri dan sekarang mimpi-mimpi itu menjadi tanggung jawabku untuk membantu mewujudkannya, sebagai seorang lelaki, lelaki satu-satunya dirumah ini.

*Bersambung*

   

.

   

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun