Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Catatan Tepi) Strok dan Karir

26 Februari 2018   15:49 Diperbarui: 26 Februari 2018   16:20 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seminggu ia ada dilapangan, saya menerima kabar mengejutkan. Dirinya ditemukan tak sadarkan diri dikamarnya difasilitas kami ditengah laut. Kabar pertama saya dapatkan dari petugas medis dilapangan dan beberapa menit kemudian saya memerintahkan untuk dilaksanakan proses evakuasi dengan transportasi yang tersedia saat itu juga.

Waktu terasa lama ketika ia harus dikirim ke rumah Sakit, sementara ketika saya selaku pimpinannya mengabarkan langsung tentang kondisi suaminya maka lolongan tangis dan jeritan histeris menggema di speaker handphone. Istrinya tak percaya ketika dikabarkan suaminya hanya tidak sadarkan diri, sesuatu yang buruk pasti telah terjad. Menurutnya  jika masalahnya hanya sakit ringan saja tidak biasanya dikabarkan oleh saya. Seorang operator akan menghubungi keluarga jika sakit ringan saja.

Malam itu bertubi-tubi telephone masuk dari pihak keluarga yang menyangsikan kabar dari saya. Saya mengatakan bahwa kondisi pasien masih dalam tahap penanganan dokter dan masih dalam keadaan hidup. Tak ada satupun yang mau percaya dan lebih menganggap saya hanya memperhalus berita agar mereka tidak panik.

Rumah sakit di pulau akhirnya menangani dan dicapai kesimpulan esok paginya bahwa pasien mengalami pendarahan pada pembuluh otak dan tidak mungkin diterbangkan dengan pesawat udara sebelum stabil karena akan menambah resiko hidupnya.

Dua hari masa yang panjang saya harus menegosiasikan kepada setiap airline beserta pilot  yang ada untuk memberikan ijinnya membawa pasien dan baru hari kedua pasien bisa dibawa oleh pesawat mereka dengan pengawalan dokter dan keluarga.

Tiba di Jakarta Pasien segera di jemput dari Airport ke Rumah sakit khusus Otak namun disana ketidak tersediaan ruang dan fasilitas harus memaksa kami memindahkannya kerumah sakit lain. Stroke hemoragik terdeteksi dan sekian waktu yang sudah terlewati menambah keparahan pada pasien sehingga GCS drop pada skala lima, skala terendah bagi orang yang mengalami koma.

"Operasi Craniotomy harus kami lakukan pak dengan upaya terbaik, tapi kami tidak menjanjikan hasil yang baik, karena operasi pasien dalam kondisi  koma skala lima adalah operasi yang resikonya jauh lebih besar. Kami akan meminta ijin pada keluarganya!" tegas dokter pada saya sebelum ia bicara pada keluarga.

Diskusi keluarga berlangsung begitu lama sebelum keputusan operasi diberikan oleh mereka, sehingga saya mengkhawatirkan ini memperparah kondisi pasien Karena ditambah waktu kami harus mengevakuasinya dari lapangan.

Operasi akhirnya berjalan dengan persetujuan keluarga  dan berlangsung dengan baik hingga pasien bisa dikirim keruang perawatan. Hari ke hari dilewati, saya yang belum pernah mengalami kondisi penanganan kasus seperti  ini merelakan waktu tidur saya lalui hanya satu dua jam sehari. Kondisinya yang tak pernah sadar kembali mengharuskan saya memantaunya setiap hari.

Hingga pada satu malam menjelang pukul satu, handphone saya berdering dan mendengar tangis yang panjang dari istri pasien.

"Suami saya sudah pergi pak...sudah pergiii pak Ary!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun