Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Catatan Tepi dari Caribbean Van Java, Surga yang Terapung

6 Januari 2018   16:14 Diperbarui: 7 Januari 2018   00:38 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari situs layanan penyediaan penginapan, saya mendapati satu tempat yang mendapatkan skor review luar biasa: 9.4 dengan komentar umumnya datang dari para turis jerman, Austria, dan sebagian dari Amerika. 

Jadilah saya memesan dua kamar dengan berbagai ekspektasi yang  umumnya dimiliki oleh orang yang ingin berlibur. Layanan penjemputan, welcome drink, concierge, Aircond room dan lainnya.

Tiba di Pelabuhan Karimunjawa kami berlima  dijemput oleh seorang lelaki muda berkulit eksotik ala pria jawa. Ditangannya tergenggam satu papan bertuliskan "FLOATING PARADISE". Kami bercakap dan ia sigap mengangkat koper yang terberat keatas motornya. Tak ada tawaran kendaraan mobil selain sepeda motor  untuk menuju penginapan yang ternyata adalah miiliknya sendiri.

Foto via Google Maps
Foto via Google Maps
"Maaf, nggak ada kendaraan yang mau kesana selain naik motor sendiri. Disini bebas mau sewa motor kepada siapa saja, tarifnya 70 ribu rupiah perhari," itu titah pertama pemilik penginapan. 

Untungnya pasukan yang dibawa semua setiap hari bersekolah naik motor maka jadilah kami menyewa tiga sepeda motor untuk berlima. Usai mengisi bensin kami makan siang dahulu dan membiarkan Mas Tono pergi dahulu membawa satu kopor terberat kami.

"Kami akan menyusul mas!" pesan kami mantap.

Usai makan siang kami melajukan motor ke arah timur tempat dimana floating paradise berada melalu jalan aspal yang cukup mulus, meliuk-liuk hingga tiba jalan berubah menjadi conblock menembus pesisir pantai betanaman perdu dan berbukit hingga tiba diujung jalan conblock. 

Dua puluh menit sudah dilalui perjalanan berakhir di pinggir hutan. Perintah untuk masuk kedalam hutan di pelabuhan saya ingat tapi tidak seperti yang kami temui pada kenyataanya, jalanan hanya tanah dan jalan ke hutan membelok kearah utara. Petualangan dimulai!!!

Kami menembus hutan dengan tiga sepeda motor hingga sampai ditepi pantai dan signal handphone sudah kembali didapat.

"Kami sudah lihat bapak dari sini, bapak dipantai kan? terus saja motornya lalu parkir didepan gerbang pagar!" Mas tono nampaknya melihat kami dan memang dari kejauhan nampak dua bangunan menjorok kelaut terlihat samar-samar. Kami memacu kembali motor dan beberapa menit kemudian sebuah gerbang ditepi hutan bakau terlihat dan tertulis nama property. 

Kami memarkir kendaraan disana meninggalkannya ditepi hutan bakau lalu berjalan dengan tas-tas kami. Lima ratus meter jauhnya kami berjalan diantara tegalan bekas tambak udang lalu menemui sebuah jembatan kecil mengarah ke laut dan menyusurinya hingga tiba pada apa yang dinamakan SURGA YANG TERAPUNG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun