Satu dua buku versi lain coba diterbitkan tetapi resikonya baik yang membuat atau pembacanya beresiko dimasukkan kebalik jeruji besi. Kebencian terhadap PKI sudah begitu merasuk dan itu terbukti berhasil karena sampai saat ini saya masih menganggap PKI adalah kelompok yang tak boleh hidup di negeri  Indonesia ini.
Meskipun keingin tahuan tentang sejarah pemberontakan PKI  yang sebenarnya terus memberikan dorongan saya untuk mencari dan membaca tetapi menikmati film G30/SPKI yang setiap tahun dtayangkan di Televisi Nasional rasanya bukan sesuatu yang mengganggu apalagi menyiksa. Tak ubahnya  Film Rambo  "First Blood" yang sudah keluar sebelum film tentang G30S/PKI direlease adalah penggambaran bahwa mesti berotak belum terlalu dewasa, saya bisa memahami bahwa kenyataan perang di Vietam adalah dimenangkan oleh Negeri Vietnam.Â
Tetapi meskipun gambaran sejarah itu jelas gamblang tetapi Pemerintah Amerika perlu untuk memastikan bahwa kebanggaan  warga Amerika mengenai spirit perjuangan para tentara Amerika yang berusia belia yang tewas karena kebijakan politik pemerintah pusatnya harus tetap dijaga.  Tokoh fiksi John Rambo dan Kolonel Samuel Trautman seolah bagian dari kehebatan Amerika yang sejatinya lari lintang pukang meninggalkan Saigon dengan nestapa.
Terusik dengan sejarah PKI belum lama ini  saya bertanya kepada tiga anak-anak lelaki saya yang sudah menggenggam KTP Indonesia.
"Mas, tahu siapa Aidit, Letkol Untung, Oemar Dhani?" Â mereka kontan kompak menggeleng.
"Kalau G30S PKI... tahu?" tanya saya lagi
" Ya tahu. Kan ada dipelajaran sekolah. Tapi nggak tahu siapa-siapanya!"
"Jadi menurut kalian komunis itu gimana?"
"Jahat!" sahut mereka
"Contohnya?"
"Kim Jong Un..Cupu..nggak bakal ada internet...nggak boleh nulis...nggak boleh nonton youtube..nggak boleh download film...nggak boleh beda... banyak nggak bolehnya!"