MENIADAKAN KEJAHATAN - CATATAN TEPI
Percakapan itu terekam dalam otak saya ketika duduk disatu kereta malam menuju Jogjakarta dua puluh tahun lalu bersama seorang lelaki yang menyambangi kota klasik itu untuk menemui cucunya.
“Mas tinggal di Jakarta?” lelaki itu membuka percakapan ketika kereta bergerak lepas beberapa saat dari stasiun Klari.
“Iya pak, saya lahir, besar, sekolah dan mencari uang di Jakarta,” jawab saya. Koran Poskota berada dalam genggaman dua tangan lelaki tua itu, membuat bentangan didepan dadanya.
“Kalau lihat Jakarta, hidup disana, lalu membaca Koran ini apa yang Mas rasakan?” saya menghela nafas sebelum menjawab pertanyaannya.
“Jakarta mengerikan kalau membaca Koran itu pak, mengerikan!”
“Ya..mengerikan, tapi pernahkah Mas menemui kejahatan didepan mata ketika lewat disatu jalan di Jakarta, atau mungkin mengalami peristiwa kejahatan yang dialami sendiri selama tinggal di Jakarta?” saya mengingat-ingat apa yang pernah terjadi untuk menjawabnya. Lalu saya menggeleng.
“Belum pernah?” tanya lelaki itu. Saya mengangguk dan memang belum pernah menemui satu peristiwa kejahatan didepan mata saya selama tinggal di Jakarta.
“Dengan begitu, Mas anggap Jakarta aman?”
“Tentu tidak, hanya saya belum jadi korbannya, mudah-mudahan tak pernah jadi korbannya,”
“Bagus Mas, mau selalu begitu?” tanyanya sambil menatap.