Sungai Nil memiliki peranan yang sangat penting bagi sejarah, kehidupan dan peradaban manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Akan tetapi, pada hari ini seiring dengan pertambahan penduduk, perubahan iklim dan kepentingan antar negara. Menyebaban krisis air disepanjang aliran Sungai Nil tidak terelakkan.
Sejarah dan Peranan Sungai Nil Bagi Masyarakat Mesir
Sungai Nil merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan oleh bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. Piramida Giza, Firaun, Celopatra dan Spinx merupakan salah satu dari beberapa sumbangan Sungai Nil membangun peradaban Mesir kuno.
Orang Mesir kuno percaya bahwa Sungai Nil membanjiri setiap tahun karena air mata kesedihan Istri untuk suaminya yang telah meninggal. Terdapat tiga tahap siklus banjir Mesir yaitu Akhet (waktu banjir), Peret (waktu penaburan), dan Shemu (waktu panen).
Hal tersebut tidak terlepas dari kemampuan Sungai Nil dalam menghasilkan tanah subur sebagai hasil sedimentasi disepanjang daerah aliran sungainya. Tanah subur ini memungkinkan masyarakat Mesir dalam mengembangkan pertanian.
Delta Sungai Nil
Aliran sungai ini membentang dari Danau Victoria yang mengalir ke utara aliran ini dikenal sebagai Sungai Nil Putih. Sedangkan Nil Biru, mengalir dari Etiopia utara ke arah selatan Sudan dan kedua aliran tersebut bertemu di Khartoum dan membentuk induk aliran Sungai Nil, yang  mengalir terus ke utara kira-kira 2.700 km dan bermuara di Laut Tengah.
Delta Sungai ini terbentuk akibat dari sedimentasi aliran sungai yang terjadi ribuan tahun sehingga membentuk daratan yang subur. Bagi Bangsa Mesir Delta Sungai Nil sangatlah penting karena 90 persen pertanian dan 95 persen dari penduduk Mesir terkonsentrasi di wilayah tanah subur tersebut, padahal luas daratan tersebut hanya sekitar 5% dari luas daratan Mesir.
Menyusutnya Aliran di Hulu Sungai Nil
Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan sirklus cuaca yang tidak menentu di sekitar aliran Sungai Nil yang menyebabkan debit air di Sungai Nil mengalami pendangkalan.