Mohon tunggu...
Ary Adianto
Ary Adianto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Great Communicators

Let's talk about economics, history and geography.

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Inggris, Amerika, dan Tiongkok

28 Juli 2016   18:52 Diperbarui: 25 Maret 2017   19:00 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://saripedia.wordpress.com

Terhadap China, Napoleon Bonaparte pernah berkata, “Ici repose un géant endormi, laissez le dormir, car quand il s’éveillera, il étonnera le monde” (Disinilah seekor raksasa tertidur, biarkan dia tidur, karena ketika dia terbangun, ia akan mengejutkan dunia). Bagaimanapun, Bonaparte telah secara cermat memprediksikan China di masa depan. Saat ini, meskipun belum dapat disetarakan dengan Amerika, China adalah emerging power yang tak terbantahkan dalam Hubungan Internasional

.

Sumber: www.crigitalmedia.com
Sumber: www.crigitalmedia.com
China adalah salah satu eksporter terbesar di dunia. Sejak reformasi pasar pada akhir tahun 70an, ekonomi China telah meningkat empat kali lipat dan diperkirakan akan berlipat ganda pada dekade berikutnya . Pertumbuhan China tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 2009, runtuhnya pasar ekspor internasional yang disertai krisis finansial global telah berdampak pada China, tetapi ekonomi negara ini dengan segera tumbuh kembali (BBC, 2014).

Diberitakan oleh Bloomberg, Washingtonpost, NYTimes, dan The Economist pada Agustus 2010, China akhirnya melampaui Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, dan dengan demikian terbesar di Asia Timur. Jika China mampu melampaui ekonomi Amerika sebagai kekuatan ekonomi terbersar dunia 10 sampai 15 tahun mendatang, maka untuk pertama kalinya, ekonomi dunia akan dipimpin oleh negara non-barat, non-demokrasi, dan negara yang tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa ibu (Johnson, 2014).

china surpassed japan as second largest economy in the worldBangunnya China, seperti yang dikatakan Bonaparte, juga diutarakan oleh Presiden Xi Jinping dalam pidatonya pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik China – Perancis, “China, the (sleeping) lion, has woken up. But this is a peaceful, amiable, and civilized lion.” Hal tersebut diutarakan China untuk menghindari atau mengurangi sedikit kekhawatiran Amerika yang memandang China berpotensi menantang posisinya sebagai negara hegemon.

Mungkin juga untuk menekankan kepada negara-negara tetangga bahwa kebangkitan China tidak dimaksudkan untuk mengintimidasi mereka. Namun yang terjadi di lapangan, perkembangan kekuatan China tersebut telah membuatnya lebih teguh dalam mempertahankan kepentingannya, terutama ketika hal tersebut berkaitan dengan kedaulatan teritori. Sikap agresif China di Laut China Timur dan di Laut China Selatan justru membuat negara-negara yang terlibat perselisihan merasa khawatir. Apalagi ditambah dengan modernisasi militer China yang terus menerus dilakukan tanpa transparansi.

Pertumbuhan ekonomi yang progresif selalu diikuti dengan kebutuhan untuk meningkatkan kekuatan militer. Melalui perbaikan terus menerus, pada tahun 2000 saja, China telah memiliki pesawat terbang, misil, dan kapal selam berteknologi canggih. Serta 17 rudal balistik antarbenua, 70 rudal balistik menengah, dan 12 kapal selam yang mampu meluncurkan rudal. Rudal antarbenua China tersebut mampu menjangkau hingga 8,000 km, atau dengan kata lain, mampu mencapai hingga Moskow dan pantai barat Amerika (Hsu, 2000: 992). Sejak tahun 2010, China juga telah menyebarkan rudal balistik darat yang dapat diluncurkan dengan menggunakan truk dan mampu mencapai jarak hingga 1,500 km.

Kekuatan ekonomi yang diiringi dengan pembangunan kekuatan militer ini kemudian meningkatkan kepercayaan diri dan keinginan China untuk berperan lebih dominan dalam hubungan internasional. China memperluas pengaruh tidak hanya di kawasan Asia, tetapi juga Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Selatan. Hal ini terutama dilakukan untuk menghindari China tergantung hanya pada satu kawasan sumber penyuplai energy. Sehingga, jika salah satu kawasan mengalami instabilitas, pergerakan roda ekonomi China tetap aman. China juga telah lebih banyak terlibat dalam tatanan global yang selama ini didominasi oleh Amerika, sekaligus berupaya membuat sebuah tatanan baru yang sesuai dengan nilai-nilai dan kepentingan China. Salah satu indikasi tersebut terlihat dari sikap China yang menginisiasi AIIB untuk menyaingi World Bank yang nilai-nilai dan aturannya dikomando oleh Amerika.

Akankah china memegang peranan sebagai negara superpower pada abad 21 ini, seperti apa yang pernah diraih inggris (abad 19) dan amerika (abad 20) ?      

Sumber: www.brookings.edu
Sumber: www.brookings.edu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun