Mohon tunggu...
Bonifasius Aryadi
Bonifasius Aryadi Mohon Tunggu... -

Laki2 saat ini bekerja disebuah perusahaan MNC disemarang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Restorasi Baru Sebatas Mimpi, Belajar dari Nasdem

18 Oktober 2015   22:53 Diperbarui: 19 Oktober 2015   07:14 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Refleksi minggu 18/10/2015-Restorasi baru sebatas mimpi:

Pada bulan Oktober 2015 ini terjadi dua kejadian yang sangat mengecewakan bagi saya yang bersumber dari partai Nasdem. Yang pertama anggota DPRnya menjadi salah satu pengusul RUU revisi KPK yg menurut banyak pihak akan membunuh keberadaan KPK. Untuk sementara rencana pengajuan RUU tsb ditunda sebagai kesepakatan Presiden dan Pimpinan DPR. Yang kedua adalah ditetapkannya Sekjen Partai Nasdem menjadi tersangka, dengan tetap menjunjung asal praduga tak bersalah, oleh KPK untuk kasus yang terkait dengan perkara gratifikasi.

Mengapa saya kecewa meskipun tidak memilih Nasdem dalam pemilu 2014 yg lalu? Meski hanya mengenal lewat media saya hormat dengan Ketum Nasdem, Surya Paloh (SP). Dalam beberapa kesempatan saya mendengarkan pernyataan dalam pidatonya yg berapi api saya tidak ragu mengatakan pada diri saya sendiri bahwa kepada sosok seperti SP lah sebenarnya negara ini bisa dimandatkan untuk menjadi lebih baik.

Saya juga kagum dengan misinya merestorasi Indonesia ini dalam berbagai aspek yang selama ini menjadi salah satu kendala mengapa negara keempat terbesar didunia ini sampai bisa didikte oleh negara tetangganya yg mungil dalam pengaturan penggunaan ruang udara untuk lalu lintas pesawat terbang. Salah satu aspeknya adalah dalam hal penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Hal inilah yang membuat saya sangat kecewa bagaimana mungkin partai yg baru setahun berdiri dan mempunyai salah satu tujuan utamanya adalah pemberantasan korupsi anggotanya yang duduk diparlemen justru menjadi salah satu motor pengusul revisi RUU KPK yg kalau melihat substansinya siapapun akan mengatakan kalau itu adalah pelemahan KPK bukan penguatan KPK (kecuali apabila ybs belum mengerti pelajaran bahasa indonesia) dan masih terhitung dalam hari orang kedua dalam hirarki partai ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK sebuah institusi yang mau dilemahkan/dibunuh melalui gerakan2 ‘konstitusional’ namun sepertinya Tuhan masih berpihak pada bangsa ini.

Saya jadi bertanya tanya untuk apa bikin partai baru dengan tagline2 yang bagus2 tapi ternyata dalam kurun waktu setahun saja saya, atau publik, sudah mempertanyakan apa maksud sebenarnya pendirian partai nasdem ini? Apakah salah kalau akhirnya saya atau publik punya pendapat bahwa pendirian partai baru ini agar para elitnya mempunyai kesempatan yg sama untuk mendapatkan ‘privilege' dari posisi yg dimilikinya untuk keuntungan pribadi atau kelompoknya?

Dengan melihat track record SP sepertinya beliau sudah tidak mementingkan hal2 terkait dengan materi keduniawian dengan cara menggadaikan harga diri yg sudah dibangun selama ini? Saya tidak yakin bahwa SP akan menghancurkan reputasi yang sudah dibangun puluhan tahun dengan kebodohan seperti ini.

Tapi yg tahu sebenarnya hanya SP sendiri, saya hanya menduga duga, oleh sebab itu SP harus membersihkan partainya dari orang2 yg mempunyai misi yang bertentangan dengan visi yg dibangun oleh partainya. Salah satunya sebagai Ketum partai SP harus menyatakan penentangan partai atas rencana rencana ‘pembunuhan’ KPK dan bagi angota2 yg duduk di DPR yg tidak sejalan dengan visi partai harus mundur atau dipecat (bisa dimulai dari mereka yg menjadi pengusul revisi RUU KPK yg layu sebelum berkembang itu).

SP dan Partai Nasdem harus mendorong para kadernya yg dipilih sebagai pembantu presiden untuk berkarya lebih dari menteri dari partai lain atau profesional. Negara ini bisa menjadi makmur sejahtera apabila hukum ditegakkan dengan tepat oleh sebab itu Jaksa Agung yg berasal dari Nasdem harus didorong untuk berkarya yg benar dalam penegakan hukum. Jangan kalah dengan KPK dalam pemberantasan korupsi.

Demikian pula para fungsionaris partai untuk tidak menggunakan partai untuk jadi makelar kasus, pemburu rente, backing kriminal dlsbnya.

Tapi apakah hal tsb bisa terjadi karena dalam politik yg ada hanya kepentingan? Sepanjang kepentingan pribadi dan kelompok diakomodir maka yang burukpun akan dibilang baik sedang yang baik akan dibuat buruk. Persetan dengan rakyat banyak karena memang mereka tidak bekerja untuk rakyat yang banyak karena yang bekerja untuk rakyat banyak tidak akan mendapatkan ekstra income yg sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun