Pada awal2
saya bekerja – mungkin bbrp masih ingat- sampai sekitar 3 tahunan saya dikenal
sebagai ‘orang yg tidak disukai’ krn menerapkan kedisiplinan dengan
tegas+emosi. Marah2, gebrak meja adalah hal lumrah yang dilakukan namun dengan
berjalannya waktu emosi tersebut bisa dikendalikan sehingga mengobral amarah
tersebut bisa dikurangi dan semakin berkurang.
Tendang
pintu terakhir kira2 tahun 2006-7 saat marah dengan orang jepang saat kerja di
Bintan. Banting buku kerja terakhir dengan orang Jepang saat kerja di Karawang
dan ngamuk besar terakhir bulan Desember 2013 di Semarang. Namun semua itu saya
lakukan karena batas toleransi yg saya berikan sudah dilanggar.
Apakah kemudian
ketegasan saya berkurang? Tidak. Saya tidak perlu mengumbar ketegasan dengan
cara2 lama tersebut karena sebenarnya ketegasan adalah berani melakukan
tindakan yg tepat untuk kepentingan yang lebih besar meskipun ada orang/pihak
lain yg mungkin merasa tidak senang dengan
berbagai alasan.
Tindakan
tegas Jokowi tercermin saat memindahkan penghuni2 liar pada waduk2, bantaran
sungai, mengganti walikota2, kepala SKPD, Lurah, kepala sekolah dllnya diawal
masa jabatannya. Namun lihat bagaimana ketegasan tersebut diformulasi dan
dilaksanakan? Untuk penghuni2 liar waduk, bantaran sungai diberikan kompensasi
tempat tinggal yg layak. Penggantian Lurah dan kepala sekolah dengan cara
lelang sehingga memutus KKN yg selama ini terjadi.
Saya kira
banyak orang2 yg selama ini menikmati ‘comfort zone’ dengan memperdagangkan
pengaruh, melanggar aturan tidak suka dengan hal ini dan bisa dianggap sebagai
treat bagi Jokowi dalam SWOT analysis namun dia tetap melakukannya. Artinya
apa? Inilah bentuk ketegasan yg sebenarnya bahwa Jokowi mempunyai keberanian
meski ada ‘treat’ dari apa yang dilakukannya.
Pada dasarnya orang2 pada ‘ zona nyaman’ itulah yang membuat birokrasi
jadi rumit, pelayanan terganggu dan ujung2nya kesejahteraan rakyat hanya slogan
semata.
Terlalu
banyak untuk disampaikan disini alasan lainnya mengapa saya menentukan pilihan
yang baru dan meninggalkan pilihan yang lama meskipun saya juga mengakui bahwa
masih banyak pula kekurangan beliau namun setelah perenungan yg lama akhirnya
saya mengungkap secara terbuka bahwa keluarga kami #Akhirnya_Memilih_Jokowi.
Ini adalah
pilihan kami pribadi karena ada harapan2
yg saya yakini bisa diwujudkan oleh Jokowi-JK demikian pula dengan mereka2 yg
mempunyai pilihan yg sama namun saya menghormati pilihan yg lain karena itu
esensi demokrasi yg selama ini saya anut.
Semoga
kedepannya pemerintahan baru dengan Jokowi sebagai Presidennya dapat menjawab keinginan sebagian besar rakyat
Indonesia. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H