Mohon tunggu...
Aryadhika Danendra
Aryadhika Danendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Multimedia Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi : olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi

7 Desember 2022   10:41 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:40 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI

Disusun oleh Aryadhika Danendra

Era globalisasi kini sudah didepan mata. Mau tidak mau kita harus menghadapi era globalisasi ini, ada tiga tanda globalisasi sudah ada di era saat ini yaitu liberalisasi perdagangan, keterbukaan arus informasi dan tingkat persaingan yang tinggi. Salah satu gejala yang saat ini sedang ada didunia adalah derasnya arus informasi yang berasal dari negara-negara maju yang telah menguasai dan mampu mengendalikan inforrmasi tersebut. Salah satu contoh di bidang perdagangan adalah ketika kita menghasilkan produk-produk yang rendah kualitasnya serta tidak memiliki daya kompetitif dan kualtias yang baik pasti akan tersisih di pasar dunia, jangankan di pasar dunia, di pasar lokal pun akan kesulitan bersaing dan akan tersisih.

Contoh di bidang tenaga kerja, saat ini persaingan saat ini cukup berat. Kita melihat saat ini apabila ada lowongan pekerjaan menjadi pegawai negri, banyak masyarakat yang mendaftar padahal yang akan diterima di posisi yang dibutuhkan tidak lah banyak.Pada akhirnya yang memiliki kualitas dan jiwa kompetitif lah yang akan diterima. Tuntutan tenaga kerja yang berkualitas dan professional saat ini banyak ditekankan di dunia pekerjaan terutama di dunia kerja swasta. Di dunia kerja swasta kebutuhan akan tenaga kerja dilakukan sangat ketat dan teliti maka calon karyawan harus melewati berbagai Latihan dan percobaan terlebih dahulu sebelum di terima kerja di posisi yang dibutuhkan.

Penemuan-Penemuan baru di bidang teknologi informasi sungguh tidak dapat diduga sebelumnya. Para ahli mengatakan bahwa produk yang dihasilkan pada 30 tahun terakhir ini jauh lebih besar dari pada yang telah dihasilkan selama 5000 sebelumnya. Seperti yang diperkirakan oleh Howard Frederick,1993 (dalam M.Alwi Dahlan , 1995) bahwa laju pertumbuhan dan akumulasi pengetahuan serta informasi, telah meningkat sangat cepat secara eksponesial. Sebagai perbandingannya dikatakan bahwa andaikata informasi didunia ini pada tahun pertama jumlah satu unit, maka pergandaan pertama memakan waktu selama 150 tahun menjelang abad ke 20. Namun sejak tahun 1950-an proses ini mengalami kenaikan secara tajam. Masa pergandaan dua kali(doubling) ini menjadi hanya 10 tahun pada 1960,7 tahun hingga tahun 1967,kemudian 6 tahun hingga tahun1973.

Kemajuan teknologi dan teknologi dan globalisasi informasi telah merubah arus informasi menyebar ke semua penjuru dunia tanpa mengenal batas-batas antar negara atau wilayah. Seperti yang kita saksikan dalam kehidupan di sekitar kita. Hubungan antar manusia dengan jarak jangkauan yang sangat jauh pun dapat dilakukan dengan cepat melalui kecanggihan teknologi komunikasi, contohnya seperti internet, facsimile. Didunia pertelevisian, bagi mereka yang mempunyai parabola yang canggih dapat menikmati Televisi mancanegara,sehingga berita -berita aktual dinegara tersebut dapat dipantau atau disaksikan dinegara kita.Bahkan orang yang telah menyalahgunakan kecanggihan teknologi tersebut untuk mengimpor acara yang kurang layak untuk disaksikan dan tidak sesuai dengan peradaban wilayah timur.

Di bidang tekhik syuting film, dengan menggunakan peralatan yang canggih dapat dilakukan trik-trik yang tidak masuk akal, seperti pada film beladiri, orang bisa menghilang secara tiba-tiba atau bisa terbang tanpa sayap, tenaga dalam dapat diperlihatkan keampuhannya dengan mampu membakar pohon besar dan dapat menjinakkan barang yang bertekstur keras menjadi mudah untuk dipatahkan.

Di bidang perbankan, kini ada ATM dimana di Amerika Serikat telah memasarkan sejak tahun 1985-an, credit card,pengambilan dan penyimpanan secara daring.

Dalam era globobalisasi akan banyak tantangan yang akan menghalangi kita,bukan saja dalam bidang ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial-budaya dan pendidikan.Khusus dalam bidang pendidikan globalisasi harus diartikan sebagai perluasan wawasan manusia yang tidak lagi beriorientasi tidak lagi pada wawasan lokal akan tetapi produk pendidikan yang kita hasilkan yaitu manusia-manusia yang memiliki wawasan yang luas dan memiliki kemampuan yang sangat baik. Bagi lembaga pendidikan yang ada,tidak mudah bagi lembaga tersebut dapat menghasilkan manusia-manusia yang memiliki wawasan yang luas itu, apabila tidak dilakukan langkah-langkah yang tepat.

Pesiden Suharto menyatakan harus menekankan perlunya diambil setidaknya tiga langkah untuk meningkatkan keunggulan bangsa indonesia. Pertama yaitu mempercepat  pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun, sehingga 10 tahun mendatang bisa selesai.Kedua,pengembangan pendidikan pengembangan menengah kejuruan agardisesuaikan dengan program tenaga kerja yang terampil dan profesional. Ketiga dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,pendidikan ilmu pendidikan dan teknologi harus diperkuat pada setiap jenjang pendidikan. Pendidikan ilmu pendidikan dan teknologi mutlak diperlukan untuk mencapai keunggulan bangsa di era industrialisasi ( Suara Karya, 23 Mei 1996).

Menurut Wardiman Djojonegoro, dalam rangka menghadapi tantangan globalisasi, menuntut komitmen dan karya nyata lembaga pendidikan. Dikatakan "kita menyadari bahwa pendidikan akan sangat menentukan masa depan bangsa, karena semua kegiatan produktif akan memanfaatkan keluaran dari sistem pendidikan nasional kita.

Supaya para tenaga terdidik tersebut dapat berkontribusi secara optimal dalam dunia kerja, maka perlu diupayakan peningkatan kualitas dan relevansi kepakaran dan keterampilan mereka dalam proses pendidikan.Proses pendidikan harus mampu menyiapkan anak didik dengan kompetensi profesional yang tinggi nilai gunanya di dunia kerja.

Sementara itu dalam rangka memenuhi kebutuhan industrialisasi dan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia menghadapi liberalisasi ekonomi, maka kebutuhan akan penguasaan iptek merupakan sebuah keharusan yang tak terelakkan dan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan masa depan bangsa.

Dalam hubungannya dengan kemampuan mengantisipasi globalisasi tersebut, Makagiansar (1990) mengemukakan bahwa melalui pendidikan kita harus mampu mengembangkan empat hal pada peserta didik, yaitu: (a) kemampuan mengantisipasi (anticipare), (b) mengerti dan

mengatasi situasi (cope), (c) mengakomodasi (accomodate), dan (d) mereorientasi (reorient).

Menghadapi tantangan globalisasi ini, Santos S. Hansidjojo (1990) menyampaikan lima jurus strategi dasar pendidikan, yang pertama, pendidikan untuk mengembangkan iptek, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufakturing dan pertanian.la merupakan modal utama untuk menghadapi globalisasi. Kedua pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik. Ini merupakan instrumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi. Ketiga, pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan terakhir kesahatan. Ini adalah penangkal terhadap memurunnya kualitas hidup dan sistem nilai, termasuk filsafat,agama dan ideologi. Ini penting demi ketahanan sosial budaya termasuk kesatuan dan persatuan yang mengkin mengalami proses erosi karena perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala sisi kehidupan.

 Kelima, pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan nonformal. Ini termasuk usaha sentral demi penggalakan peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi sumberdaya manusia secara keseluruhan.

Kebijakan Pembangunan bidang Pendidikan dan IPTEK sebenarnya secara makro dasar yuridis untuk melakukan pembaharuan pendidikan di Indonesia sudah jelas balk landasan maupunarahnya. Mengenai arah pembangunan di bidang iptek disebutkan di dalam GBHN, yaitu sasaran pembangunan di bidang iptek ialah: (a) ter-ciptanya kemampuan nasional dalam pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan peradaban, ketangguhan, serta daya saing bangsa, (b) terpacunya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang berkualitas, maju.mandiri, serta sejahtera yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral, dan etik didasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Diakui bahwa dalam upaya mencapai sasaran pembangunan di bidang iptek tersebut kita dihadapkan pada sejumlah kendala, yaitu: (a) masih lemahnya budaya iptek dikalangan masyarakat, (b) masih terbatasnya number dana bagi kegiatan penelitian, (c) masih belum memadainya kualitas dan kuantitas tenaga peneliti dan tenaga teknis, (d) masih terbatasoys kualitas dan kuantitas lulusan lembaga pendidikan di didang ilmu matematika dan ilmu pengetahuan alam dan rekayasa

Di bidang pendidikan, tujuan pendidikan nasional sudah jelas,yaitu meningkatkan kualitas manuala Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,berbudi pekerti luhur,berkepribadian mandiri,tangguh,cerdas,kreatif,terampil,disiplin,beretos kerja,profesional,bertanggung jawab,produktif dan sehat jasmani dan rohani.

Pemikiran tentang perlunya inovasi pendidikan, memang upaya pembaharuan telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan kita, mulai dari pendidikan dasar sampal pendidikan tinggi. Yang menjadi pertanyaan ialah sudahkah rintisan-rintisan kearah pembaharuan pendidikan di Indonesia itu telah cukup memadai untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu keluaran dari lembaga pendidikan kita. Jawabannya tentu kita sudah bisa menebak, yaitu "belum",Mengapa? Karena semua yang telah dilakukan itu baru merupakan rintisan. Dari hasil rintisan itu, kita dapat memprediksi dalam jangka waktu berapa tahun lagi lembaga pendidikan kita akan dapat memproduksi lulusan unggul yang dapat bersaing di era globalisasi?

Sehubungan dengan permasalahan itu, pembaharuan pendidikan dilakukan secara serentak di semua jenis dan jenjang pendidikan. Kalau kita perhatikan rintisan ke arah inovasi sebagaimana digambarkan di atas, PEQIP misalnya, yang bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi profesional guru Sekolah Dasar, dewasa ini hanya dilakukan di beberapa SD yang ditunjuk sebagai sampel. Walaupun dari laporan Bank Dunia hasilnya dianggap cukup menggembirakan, akan tetapi PEQIP itu didanai dari proyek. Apakah hasil yang sudah baik itu dapat dideseminasikan kepada SD reguler yang tidak mendapat dana dari proyek? Proyek sekolah unggul yang telah dilakukan di beberapa Sekolah Menengah Umum (Magelang, Jakarta, Sumatera Utara, dll),saat ini penyelenggaraannya memang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Para siswa diwajibkan tinggal di asrama, sarana pembelajaran disiapkan lengkap, laboratorium disiapkan secara matang dan memenuhi syarat, siswa-siswa diseleksi secara ketat, demikian juga guru-gurunya terpilih, mereka juga mendapatkan kesejahteraan yang memadai, jauh di atas penghasilan guru-guru di sekolah negeri yang bilasa. Apakah SMU-SMU lain dapat memiliki sarana dan prasarana seperti SMU unggul itu?

Untuk menghasilkan lulusan unggul yang dapat mengantisipasi era globalisasi diperlukan pembaharuan atau inovasi pendidikan. Berikut adalah beberapa pemikiran mengenai pembaharuan pendidikan itu:

1. Kalau kita betul-betul menginginkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka kebijaksanaan tentang pemerataan pendidikan harus mulai ditinjau kembali dengan mempercepatproses penyelesaiannya. Dalam rangka pemerataan pendidikan bangsa kita telah menetapkan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pelaksanaan Wajib Belajar Sembilan Tahun itu harus dapat dipercepat pelaksanaannya, sehingga kita dapat memasuki program wajib belaJar yang kedua, yaitu Wajib Belajar Duabelas Tahun.

2. Orientasi pengembangan pendidikan di Indonesia selanjutnya harus lebih memprioritaskan pada aspek mutu. Untuk keperluan itu kiranya sudah pada saatnya untuk mempertimbangkan tentang kendali mutu bagi keluaran lembaga pendidikan di Indonesia dengan standar negara maju.

3. Perlu didukung kebijakan untuk memberi prioritas pengembangan kelompok Iptek melebihi pengembangan bidang IPS, tetapi harus tetap diingat tidak boleh mengabaikan aspek humaniora. Banyak pengalaman di negara-negara maju yang terlalu menonjolkan bidang iptek, sebagai akibatnya mengarah ke sekularisme dan materialisme. Perlu diingatkan di sini, lima dimensi normatif dari tujuan pendidik-an nasional kita harus dapat diinternalisasi oleh peserta didik secarautuh,

4. Untuk mengantisipasi era globalisasi di abad 21, lulusan pendidikan menengah ke atas harus menguasasi bahasa komunikasi global yaitu bahasa Inggris, Schubungan dengan itu proses pembelajaran bahasa Inggris harus lebih diefektifkan, kalau perlu diubah kurikulum maupun sistem pembelajarannya.

5. Pembaharuan pendidikan dewasa ini harus dilakukan pada tingkat mikro, pada aspek hubungan guru dengan siswa di kelas, dengan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas, pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik yang berpotensi unggul untuk mengoptimalkan usaha belajar dengan kesempatan memperoleh pengalaman belajar (learning experience) melalui cara belajar yang dapat mengembangkan kreativitas.

6. Bersamaan dengan itu setiap upaya pembaharuan pendidikan harus dibarengi dengan tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan. Tetapi jangan lupa untuk dapat menyelenggarakan proses belajar mengajar yang baik, diperlukan guru yang profesional, Bagaimana dengan tingkat kesejahteraan guru? Sudahkah memadal? Mereka mengemban misi dan memikul tanggung Jawab yang besar dalam menyiapkan generasi muda agar memiliki kemampuan dan keunggulan yang diperlukan untuk menjawab tantangan global di abad 21 ini.

7. Masalah lain yang perlu mendapatkan penanganan segera agar kita bisa memasuki era globalisasi dengan mulus, adalah soal disiplin dan etos kerja. Kondisi mengenai disiplin dan etos kerja mamang masih sangat memprihatinkan. Justru akhir-akhir ini disinyalir lulusan pendidikan kita mengalami penurunan dalam hal disiplin dan etos kerja. Disiplin dan etos kerja memang merupakan masalah yang pelik, karena mempunyai mata rantai yang erat dengan lingkungan sosial budaya masyarakat. Menurut pendapat saya, titik berat penangannya jangan terlalu dibebankan kepada pendidikan formal.

Sebaliknya keluarga dan masyarakat harus mendapat porsi yang lebih besar, karena kedua lembaga pendidikan itu yang semestinya berperan. Pengalaman menunjukkan bahwa dari kehidupan keluarga yang disiplin dapat menghasilkan anak yang disiplin. Demikian juga halnya dengan etos kerja, akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Dahlan M. (1996). Tantangan Perguruan Tinggi Era Keterbukaan

Globalisasi Informasi dan Sosial Budaya. Jakarta: BP 7Pusat.

IKIP YOGYAKARTA. Kliping Surat Kabar Tahun 1996.

Makagiansar M. (1990). Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi.

Mimbar Pendidikan, Jurnal Pendidikan No. 4 Tahun IX, Desember 1990. Jakarta: Departemen Pendidik-an dan Kebudayaan.

Santoso S. Hamidjojo (1990). Lima Jurus Strategi Dasar Pendidikan

Nasional dalam Era Globalisasi. Mimbar Pendidikan,

Jurnal Pendidikan No. 4 Tahun IX, Desember 1990. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tangyong, dkk. (1990). Sistem Pembinaan Profesional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang.

Wardiman Djojonegoro, (1996). Pengembangan Perguruan Tinggi da-

lam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta: BP 7 Pusat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun