Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang multiguna yang mengandung karbohidrat tinggi digunakan baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku berbagai industri pengolahan. Pada awalnya jagung diproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga sebagai salah satu makanan pokok pengganti beras dibeberapa daerah. Namun dalam perkembangannya jagung telah menjadi salah satu komoditas pangan yang penting dalam perdagangan produk pertanian. Konsumsi jagung mengalami pergeseran yang cukup signifikan yaitu pada tahun 1990 penggunaan jagung didominasi untuk memenuhi konsumsi langsung sebanyak 86 persen, lalu pada tahun 2005 penggunaan jagung kurang darj 50 persen karena lebih banyak digunakan untuk bahan baku industri pangan yaitu sebanyak 22,88 persen dan digunakan untuk pakan sebanyak 41,61 persen.Â
Peningkatan permintaan jagung terutama disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan bahan baku industri pangan dan pakan. menurut data BPS pada periode 2003 sampai 2013 terjadi peningkatan produksi jagung yang sangat signifikan yaitu pada tahun 2003 produksi jagung di Indonesia mencapai 10,8 juta ton dan pada tahun 2013 menjadi 18,5 juta ton. Pada tahun 2007 di Indonesia sangat membutuhkan jagung sebanyak 4,20 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam industri produksi pakan dikarenakan terjadi peningkatan dalam permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pakan. Tetapi pada tahun 2008 impor jagung mencapai 260 ribu ton,lalu pada tahun 2011 impor jagung mengalami peningkatan sehingga impor mencapai 3,21 juta ton,dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 2,9 juta ton.
Terdapat beberapa daerah yang menjadi penghasil jagung salah satunya adalah di kabupaten ciamis, kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah yang menjadi penghasil jagung di Provinsi Jawa Barat dengan 5,69 persen kontribusi produksinya terhadap produksi Jawa Barat (BPS 2011). Dari data BPS pada tahun 2009 sampai 2013, pada periode 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan produksi dari 33.965 ton pada tahun 2007  dan mengalami kenaikan menjadi 51.129 ton di tahun 2012 yang dihasilkan dari lahan dengan rata-rata luas tanah yaitu 4.500 ha. Penyebab terjadinya peningkatan produksi Jagung yaitu dikarenakan semakin berkembangnya industri pada sektor pakan dan peternakan di Kabupaten Ciamis sendiri. Di kabupaten Ciamis rata-rata memiliki populasi ayam ras petelur  dan ras ayam pedaging berdasarkan data BPS Kabupaten Ciamis pada tahun 2008-2013 masing-masing mencapai 13,15 juta ekor.Â
Dengan jumlah populasi tersebut rata-rata jagung yang di gunakan untuk mencukupi pakan untuk ayam tersebut mencapai 17 ribu ton. Sesungguhnya kebutuhan jagung sudah terpenuhi di Kabupaten Ciamis, akan tetapi industri pakan ternak dan peternakan di Kabupaten Ciamis masih tetap mendatangkan jagung dari daerah lain untuk menjaga dan memastikan ketersediaan bahan baku. Maka dari itu dibuatlah suatu kawasan pengembangan produksi jagung untuk memastikan ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan baik untuk konsumsi maupun untuk industri.Â
Dengan adanya kawasan pengembangan berbasis komoditas jagung ini menjadi solusi untuk memudahkan industri pakan memperoleh bahan baku. Seperti yang telah terdapat dalam Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan satu tujuan bahwa sebuah pembentukan kawasan merupakan suatu kebutuhan untuk memenuhi pasar dalam negeri (Bappenas 2004). Dalam kawasan yang telah dibuat ini di harapkan dapat menjadi sebuah penggerak perekonomian wilayah yang bersifat keterpaduan dan pengembangannya meliputi suatu kawasan. Namun tetap dibutuhkan suatu strategi untuk memastikan kawasan ini dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan dan diharapkan. Maka dari itu dibutuhkan suatu perencanaan yang matang dan terstruktur dalam pengembangan kawasan tersebut.
Pembahasan
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebuah ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung di Kabupaten Ciamis, menganalisis tipe kawasan jagung yang dapat di kembangkan di Kabupaten Ciamis, dan menganalisis strategi pengembangan kawasan berbasis komoditas jagung di dalam Kabupaten Ciamis. Dalam pelenelitian ini di lakukan di Kabupaten Ciamis pada bulan September sampai Desember tahun 2014. Cara untuk mendapatkan peta ketersediaan lahan untuk pengembangan jagung yaitu peta kesesuaian lahan yang bertujuan untuk pertanian lahan kering (skala 1:250.000), peta penggunaan lahan pada tahun 2012 (skala 1:50.000), peta rencana tata ruang (RTRW) tahun 2011-2031 dengan skala (1:25.000) dengan menggunakan software Geographic Infor- matioin System (GIS). Teknik yang di lakukan oleh Nurhayati dan Baja pada tahun (2013) dengan menggunakan spatial matching di antara peta kesesuaian lahan dan peta ketersediaan lahan untuk mendapatkan sebuah lahan yang sangat berpotensi untuk di kembangkan jagung. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang di gunakan untuk mendapatkan sebuah persepsi yang ahli dalam analisis strategi pengembangan kawasan dengan Ana- lytical Hierarchy Process (AHP). Gambar alur Penelitian dapat di lihat di bagan berikut:
Dalam penggunaan lahan dan pengembangan sebuah jagung di lakukan pada:
- Sebuah pertanian yang lahannya kering
- Sebuah sawah, yang di lakukan dengan memanfaatkan masa bera pada sawah yang irigasi, dan masa kemarau pada sawah tadah hujan
- Sebuah tanah yang terbuka
- Semak berlukar
Yang telah di jelaskan dalam Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Ciamis, dalam pengembangan jagung yang dilakukan di sebuah kawasan budidaya dengan alokasi:
- Pertanian yang lahannya kering
- Lahan sawah, di luar Kecamatan Purwadadi, Lakbok, dan Banjarmasin. Wilayah tersebut sudah di tetapkan sebagai lumbuh padi Kabupaten Ciamis, sehingga dalam menjaga semua ketahanan pangan maka wilayak tersebut tidak termasuk untuk sebuah pengembangan jagung.
- Perkebunan
- Hortikultura
Dalam sebuah penilaian tipe kawasan yang di lakukan dengan 3 parameter yaitu dengan ketersediaan lahan, produktivitas jagung, kelengkapan sebuah fasilitas pertanian. Hal yang perlu di gunakan untuk mendapkan peta kasawan yaitu dengan peta ketersediaan, data produktivitas jagung BPS pada tahun 2008-2013, data jalan, Â irigasi, dan data PODES 2011 untuk mendapatkan data kelengkapan fasilitas pertanian pada setiap kecamatan di Kabupaten Ciamis. Penilaian sebuah kawasan dilakukan pada hasil overlay pada peta kesesuaian lahan, peta produktivitas, dan peta kelengkapan fasilitas, sengan kriteria.