Mohon tunggu...
Arya Adi Seputro
Arya Adi Seputro Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang ingin menjadi manusia seutuhnya

It’s just myself talking to myself about myself.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Dikotomi Kendali: Tidak Semua Hal Bisa Kita Kendalikan

6 Juni 2023   10:18 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:02 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dikotonomi kendali (Unsplash/Toni Reed)

Stoikisme menganggap bahwa kebahagiaan seharusnya tidak perlu dikejar. Untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang sejati perlu didasarkan pada beberapa prinsip, antara lain: kita perlu mengurangi emosi negatif yang kita miliki, melihat diri sendiri dan orang lain secara objekif, mencegah diri sendiri agar tidak dikendalikan oleh rasa ingin bahagia atau takut terhadap rasa sakit maupun penderitaan, dan yang terakhir adalah menyadari bahwa ada hal yang bisa kita kendalikan atau tidak bisa kita kendalikan.

Dikotomi Kendali

Dalam filosofi stoikisme, terdapat salah satu konsep yang diajarkan yaitu dikotomi kendali.

Memangnya apa sih dikotomi kendali itu?  

Dikotomi kendali dikelompokkan menjadi dua hal yaitu hal yang bisa kita kendalikan dan hal yang tidak bisa kita kendalikan.  Hal yang bisa kita kendalikan merupakan faktor internal dari diri kita sendiri. Contohnya adalah persepsi, pola pikir, emosi, ucapan, dan tindakan yang kita miliki. 

Sedangkan hal yang tidak bisa kita kendalikan merupakan faktor eksternal dari luar diri kita. Contohnya adalah cuaca, kondisi ekonomi global, pendapat maupun sikap orang lain, dan lain sebagainya.

Kita perlu sadar bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Stoikisme menganggap bahwa kekhawatiran akan hal yang tidak bisa kita kendalikan merupakan hal yang irasional dan menjadi pemicu munculnya permasalahan-permasalahan yang ada. Dengan terlalu banyak memikirkan faktor eksternal, maka kita tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan. 

Sebenarnya, dikotomi kendali bisa kita implementasikan di berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek ekonomi, percintaan, gaya hidup, kesehatan, karir, dan lain sebagainya.

Saya akan ambil contoh dalam hal percintaan nih. Misalkan kita sudah berusaha untuk menjadi seorang kekasih yang sangat cinta dan baik dengan pasangan kita, eh ujung-ujungnya kita ditinggalkan karena dia lebih memilih orang lain ketimbang diri kita. Apa yang harus kita lakukan? Ya terima saja dengan keputusan yang dia ambil, karena hal itu tidak bisa kita kontrol. Yang terpenting adalah kita sudah melihat ke dalam diri kita sendiri bahwa kita sudah berusaha menjadi seorang pasangan yang baik, sangat cinta dan setia dengan dia.

Apakah dikotomi kendali itu berarti kita pasrah dengan keadaan? Tentu saja tidak, konsep dikotomi kendali mengajarkan kita untuk terus memaksimalkan aspek yang bisa kita kendalikan, sehingga kita akan jauh merasa lebih tenang dan hidup kita akan lebih stabil.

Ketika kita mengalami kegagalan dalam hidup, kita akan jauh lebih siap untuk menghadapi kegagalan tersebut. Kita akan menerima bahwa kegagalan tersebut merupakan bagian dari hidup yang tidak bisa kita pisahkan. Ingat, kita harus deal with it!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun