Akhir-akhir ini kita sering mendengar harga kebutuhan pokok dan barang-barang lainnya naik drastis. Mulai dari minyak goreng, tahu tempe, daging sapi, harga rokok, tarif listrik, pulsa, dan lain sebagainya. Dan tidak kalah mengejutkan adalah kenaikan harga bahan bakar jenis Pertamax, kenaikan harganya  tidak tanggung-tanggung lho!
Dikutip dari CNBC Indonesia, PT Pertamina (Persero) dikabarkan pada hari Jumat, 1 April 2022 mendatang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis bensin yaitu Pertamax. Tidak tanggung-tanggung, harga Pertamax mendatang diprediksi akan menyentuh harga 16.000 per liter. Padahal sebelumnya harga Pertamax hanya berkisar 9.000-9.400 per liter, bukan main kenaikan harganya.
Kenaikan harga Pertamax disebabkan oleh semakin beratnya beban keuangan Pertamina lantaran perusahaan tersebut harus menanggung selisih antara harga pasar dengan harga jual Pertamax. Disebutkan bahwa harga pasar Pertamax pada bulan Maret 2022 ini mencapai 14.526 per liter, sedangkan harga jual Pertamax di Indonesia masih di kisaran harga 9.000-9.400 per liter.Â
Hal tersebut juga dipengaruhi oleh melonjaknya harga minyak mentah dunia, itu terjadi semenjak adanya invasi Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari 2022. Tidak hanya Indonesia saja yang terdampak, tetapi negara-negara lain juga mengalami kenaikkan harga bahan bakar minyak.
Seiring banyak munculnya berita tentang kenaikan harga Pertamax ini, penolakan dan protes dari masyarakat pun bermunculan di jagat media sosial. Lalu untuk mengatasi kenaikan harga Pertamax, mana yang seharusnya kita pilih? Downgrade jenis bensin atau beralih ke transportasi umum?
Yang pertama, dengan terpaksa downgrade jenis bensin. Tentu saja hal ini tidak direkomendasikan oleh orang-orang bengkel, karena resiko berkurangnya keawetan mesin motor cukup besar. Dikutip dari oto.detik.com, mengisi bensin dengan oktan yang lebih rendah dapat mengakibatkan suara mesin berisik dan kasar serta akselerasinya tidak maksimal. Jadi untuk jangka panjang, downgrade jenis bahan bakar tidak disarankan.
Akan tetapi bila kalian memikirkan jangka pendeknya misalkan karena faktor keterpaksaan ekonomi, mau tidak mau downgrade lah yang diperlukan. Misalkan ke bahan bakar berjenis Pertalite, yang harganya berkisar 7.000-8.000 per liternya. Jikalau ingin downgrade, harus konsisten ya. Jangan sampai nanti berganti-ganti bahan bakar lagi. Kasihan mesin kendaraan kita.
Yang ke-dua, beralih ke transportasi massal. Mungkin bagi kalian yang bekerja tidak jauh dari tempat tinggal hal ini sangat bisa dilakukan. Â Misalkan menggunakan angkutan umum atau bus, bisa juga menggunakan becak. Kalian lebih bisa menghemat bahan bakar sebesar 2x lipat dari penggunaan biasanya.
Bila kalian tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, ataupun Yogyakarta kalian bisa menggunakan MRT atau busway. Â Atau bila jarak rumah dengan lokasi yang kita tuju tidak lebih dari 1 kilometer, kita bisa berjalan kaki. Selain menghemat bensin, jalan kaki bisa membuat tubuh kita sehat.
Selain itu, kita bisa berkontribusi mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan.Â