Mohon tunggu...
Arya Adi Seputro
Arya Adi Seputro Mohon Tunggu... Guru - Manusia biasa yang ingin menjadi manusia seutuhnya

It’s just myself talking to myself about myself.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tidak Masalah bila Menjadi Kaum Minimalism

23 Maret 2022   10:32 Diperbarui: 24 Maret 2022   00:15 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang cenderung membeli handphone baru karena ada seri yang lebih baru, padahal handphone yang lama masih bisa digunakan dan tidak ada kerusakan apapun. Selain itu misalkan masih memiliki banyak baju di lemari yang bagus, akan tetapi setiap bulannya selalu beli baju baru.

Padahal, jika kita tidak terlalu sering membeli barang yang baru dan mencoba mendaur ulang barang yang masih bisa digunakan, kita juga termasuk menyelamatkan bumi lho. Contohnya handphone, ketika kita terbiasa berganti handphone kita akan mencegah meluasnya pertambangan timah yang menyebabkan kerusakan hutan dan lain sebagainya.

Selain itu coba bayangkan jika kita sering membuang barang-barang yang masih dapat digunakan. Akan semakin banyak sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), dan pada akhirnya pencemaran dan polusi air maupun tanah akan semakin besar.

TIDAK ADA SALAHNYA MENJADI KAUM MINIMALISM

Pada akhirnya, menjadi seseorang yang berfilosofi hidup minimalism tidaklah salah. Paling yang merasa dirugikan adalah para pelaku usaha besar yang targetnya adalah orang-orang hedon dan super boros hehe. Justru menjadi seseorang yang bergaya hidup minimalis akan sangat membantu kehidupan kita, orang lain, serta alam sekitar.

Kita akan lebih mudah mengelola keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran; kita tidak akan dipusingkan dengan saldo rekening kita yang kosong selama kita masih bekerja; kita bisa gunakan uang yang tersisa untuk membantu orang lain yang membutuhkan; hidup kita tidak penuh dengan ancaman dan tekanan; serta bahkan kita akan turut serta berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan.

Tapi sekali lagi saya katakan bahwa menjadi seorang minimalism bukan berarti kita hidup kekurangan dan pas-pasan sampai makan sehari-hari hanya nasi dan sambal. Tetapi bagaimana cara kita mengelola ego dan keinginan kita agar bisa tersalurkan untuk hal-hal yang bermanfaat dan urgent.

Jadi, apakah kalian tertarik untuk menjadi kaum minimalism? Selamat mencoba..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun