Mohon tunggu...
Arya Putra
Arya Putra Mohon Tunggu... Lainnya - penulis lesu

mahasiswa telekomunikasi yang berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Gara-gara Warisan, Tontonan Lebaran yang Sebenarnya Kita Butuhkan Namun Tenggelam dalam Persingan

16 Mei 2022   14:43 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Bagi saya masalah warisan dan konfilk antar saudara ini realistis dan mudah dekat dengan penonton. Komunikasi dengan saudara yang lama tak terjalin karena terpisah jarak dan keluarga baru. Lalu hubungan orang tua yang berpisah dengan anak anaknya setelah mereka semua dewasa.

Permasalahan semacam ini relate, karena membuat saya berpikir bagaimana mengurusi orang tua nanti jika saya sudah punya keluarga sendiri. Apalagi jika kondisi komunikasi antar saudara yang tak pernah melakukan deep talk atau bicara hati ke hati. Kondisi semacam ini berhasil diangkat oleh film ini dengan gaya yang lucu, hangat dan smooth.

Permasalahan karakter anak sulung hingga bungsu dengan kekhasan sifatnya masing masing juga sukses dibawa secara apik di film ini. Anak sulung yang keras kepala, paling dewasa dengan beban keluarga tersendiri dan anak bungsu yang paling dimanja terlihat jelas gambarannya di sini.

Film ini mampu memberikan pesan bagaimana karakter anak yang sedari dini terlalu diatur dan dianak tiri akan berakibat pada komunikasi dalam keluarga. Anak sulung yang identik dengan kerja keras dan pelindung keluarga kadangkala harus menanggung beban paling pahit daripada saudara yang lain. Selain itu karaker dicky juga berhasil menyentil dengan kisahnya yang terlalu dimanja hingga tak pernah membuat keputusannya sendiri.

Poin poin seperti ini penting untuk dibahas dalam keluarga. Namun apa daya komunikasi kaku yang sudah menjadi kebiasaan membuat momen diskusi seperti ini sulit untuk diwujudkan. Film ini mampu menjadi ajang untuk bercerita dan memantik kesadaran masing masing individu dalam keluarga.

2. Komedi dan Momen Haru yang Datang bersamaan

Momen komedi dalam film ini sangatlah tak tertebak untuk saya. Pada momen yang seharusnya sedih malah membuat saya tertawa. Alhasil saya terharu menangis sambil tertawa.

Puncak komedi dihadirkan dari karakter keempat karyawan guest house dengan tingkah konyolnya masing-masing. Momen jenaka dan joke hadir tak terduga namun tetap tidak merusak suasana. Dari awal hingga akhir, komedi terbagi secara merata sehingga penonton tidak mudah dibuat bosan oleh ceritanya.

Dengan menaik turunkan emosi secara bersamaan, film ini sukses memberikan kejutan pada diri saya. Hal ini membuat saya menanti apa yang akan terjadi di adegan berikutnya. Karena sebenarnya cerita mudah ditebak, namun respon karakter, jokes yang muncul dan dialog antar karakter membuat film ini istimewa.

Film adalah cara kita bercerita. Dengan film, orang orang tua yang kolot pun dapat tertawa dengan mudah berkat kepiawaian visual dan aktor dalam memerankan tokohnya. Dengan film, seorang anak dapat menyampaikan pesan yang dari dulu dipendam dan menggambarkannya dengan cara yang unik pada orang tua. Gara gara warisan berhasil membawa semua itu.

Di momen lebaran, cerita ini tentu semakin menambah poin relate dan keunikan. Apalagi jika ditonton bersama sama dengan seluruh keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun