Mohon tunggu...
Arya Putra
Arya Putra Mohon Tunggu... Lainnya - penulis lesu

mahasiswa telekomunikasi yang berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Bagaimana Wacana Green Jobs Menciptakan Gerakan Massa Melawan Krisis Iklim?

16 April 2022   13:34 Diperbarui: 29 April 2022   22:41 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan anak muda ini mampu merubah kekhawatiran individu menjadi tekanan politik. Contohnya di COP26 tahun 2021, desakan aktivis muda dari berbagai negara berhasil membuat menteri pendidikan dari 23 negara untuk berjanji agar isu krisis iklim dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di masing-masing negara

Menggerakkan Massa dan Menekan Pemerintah

Ketiga, pekerjaan hijau mampu mendorong gerakan kolektif untuk bergerak bersama-sama. Studi WRI Indonesia menemukan penyebab sepinya gerakan anak muda, pertama kurangnya dukungan pemerintah untuk krisis iklim, kedua tidak ada relasi yang berpartisipasi aktif dalam isu krisis iklim. 

Green Jobs mampu memberi tekanan pada pemerintah dengan memunculkan tokoh tokoh yang berbicara atas isu krisis iklim. Contohnya adalah Salsabila Khairunisa, siswa SMA, yang berdemonstrasi dan mogok sekolah untuk hutan. Ia juga membuat platform Jaga Rimba yang  menghubungkan anak muda dengan isu krisis iklim. Selain salsabila, anak muda Inggris dalam Program Young Voice on Climate Change juga menunjukkan peran anak muda usia 18-25 tahun di media sosial yang mengemas pesan krisis iklim sebagai isu yang mengkhawatirkan dan genting.

Dari sini dampak dari Green Jobs pada pendidikan mulai terlihat. Bagaimana Guru memengaruhi siswanya hingga membentuk kesadaran akan krisis lingkungan. pola pikir ini akan terbawa saat bekerja. Dengan pekerjaan yang mengarah pada pelestarian lingkungan maka akan terbentuk segmen baru, pasar baru akan teknologi dan produk hijau alternatif.

Selanjutnya akan muncul tokoh tokoh Green Entrepreneur yang menjadi sosok inspiratif untuk menggerakkan diskusi publik akan resiko dari krisis iklim. Dengan pengaruh dari pekerjaan mereka, maka power perlahan terbentuk. Mereka punya kuasa untuk berbicara di ruang publik dan mengubah kesadaran individu akan bahaya krisis iklim perlahan berubah menjadi gerakan kolektif.

 Hal ini terjadi karena setiap individu telah sadar jika usaha individu mereka seperti membuang sampah di tempatnya, menghemat penggunaan listrik dan bbm akan terlihat tidak ada artinya jika pemerintah masih menjalankan praktik pertambangan dan eksploitasi lingkungan. Krisis ini tidak akan berakhir jika tak ada keseriusan  dari pemerintah. Perlu adanya gerakan massa dan media untuk menggiring opini, menekan kebijakan pemerintah atas krisis iklim.

Dengan diskusi publik di media sosial dan televisi, maka akan menggiring kepercayaan publik terhadap kebijakan pemerintah. Untuk menjaga stabilitas keamanan dan ekonomi maka mau tak mau dialog terjadi. Untuk menjaga kepercayaan publik, maka tuntutan massa dituruti. Dengan begitu, pekerjaan hijau membentuk kebijakan hijau.

Tentu gerakan ini bukan berarti tanpa perlawanan dari para pemilik usaha yang mengekploitasi lingkungan. Namun gerakan bersama dan sistemik akan lebih efektif daripada sendirian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun