Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Ketiga

17 Juli 2023   19:48 Diperbarui: 17 Juli 2023   20:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah diumumkan, ah, ternyata rizki belum memilih Barka. King adalah orang lain. Yang disambut riang gembira dan tepuk tangan paling meriah. Sementara, Barka menjadi terasing, dan memang biasanya begitu. Sedih sendiri. Termenung sendiri. Ah, Barka pada masa kini mulai menyadari sesuatu. Andai waktu itu dia sudah pandai menertawakan keadaan. Tidak mungkin dia bakal memasang waja mewek. Sekali lagi, dia beruntung karena hanya masih menjadi pemain pinggiran biasa. 

Duduk selama dua puluh menit di kursi itu telah menjadi sebuah tur memori yang menenangkan bagi Barka. Dia menyandarkan punggungnya ke sandaran. Kepalanya menatap ke langit-langit. Dengan cepat, dia narik nafas dalam. 

Kemudian, dia melepaskannya perlahan-lahan. "Sudah banyak hal yang dilalui. Bahkan, ini belum berakhir", pikirnya. Benar, dia harus memikirkan sisa 362 hari di sekolah ini. Dirinya, dan teman-teman seangkatannya, akan menghadapi sebuah ujian penultimate. Sementara, dia pikir kalau teman-temannya masih banyak tertawa. Dia pikir, dirinya yang telah banyak belajar saja belum sepenuhnya bisa menyelesaikan soal-soal tahun sebelumnya. Bahkan, menyelesaikan sepuluh soal pertama masih menjadi persoalan yang mematikan. 

"Ketos, ngapain di sana? Ayo, semua telah selesai". 

Ferika mendekat ke arah Barka. Meski merusak renungan Barka, tapi kedatangan Sekretarisnya itu membuat hati Barka lega. Berarti, semua persiapan telah selesai. Padahal, dirinya sempat misuh beberapa menit yang lalu. Dia menilai, persiapan mereka masih jauh dari standar. Tapi, Ferika memberikan keyakinan kepadanya, "Percayalah sama anggota-anggotamu. Duduklah di suatu tempat. Akan aku jemput nanti". 

Barka beranjak dari kursinya. "Jadi, King, Queen, Prince, dan Princess tahun ini sudah ketahuan siapa orangnya?" 

Ferika hanya tersenyum. "Ayolah. Yang lain sudah menunggu".

Momen ini kembali datang, mungkin itulah kalimat yang terngiang-ngiang di dalam alam pikiran Barka saat ini. Ketika dia mengingat perasaan memalukannya, dirinya hanya penasaran, siapakah bocah malang yang segera merasakan hal yang sama dengannya? Dirinya berpikir, apakah itu terlalu kejam? Sejenak kemudian, dia merasa bahwa hal itu bukanlah suatu kekejaman. Malahan, dia yakin bahwa setiap tahun, sampai kapanpun, bocah-bocah yang runtuh jiwanya karena gagal jadi King atau Queen akan selalu ada. "Hahaha", ketawa kecil Barka yang sempat mengganggu Ferika. 

"Inilah momennya. Kalian semua pasti akan mendapatkan perjalanan yang panjang; sama sepertiku. Ah, andai aku bisa mengatakan hal ini kepada mereka: Tenang, jangan bersedih. Mana tau, kalian juga akan mendapatkan kisah yang luar biasa nantinya". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun