Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masjid yang Kesepian

16 Juli 2023   07:05 Diperbarui: 16 Juli 2023   07:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari telah naik

Bayangan telah lenyap 

Panas bumi tidak berwelas asih

Panggilan suci telah diserukan 

Dari kejauhan, kami mendengarkan 

Tanpa peduli isi pikiran

Baca juga: Cerita Langit 7

Hati harus memenuhi 

Segera kami berbenah diri

Sebelum menghadap Ilahi 

Segera insan-insan berkerumun

Segera memenuhi 

Segera merendahkan diri 

Dalam sujud masing-masing

Tanpa kami sadari, 

Telah penuh masjid milik kami 

Segera kami dipandu 

Oleh pendahulu kami 

Menuju tempat 

Sebagai tempat sujud 

Yang tidak kami ketahui 

Sebuah masjid yang kesepian 

Sebuah kolam

Dengan air jernih 

Walau tanpa ikan-ikan

Sebuah masjid yang kesepian 

Dengan air yang kering 

Terpaksalah kami

Meminang kolam itu 

Sebuah masjid yang kesepian 

Tidak lagi kesepian 

Tiga puluh menit 

Kami menemaninya 

Kini, semuanya harus kembali berpisah 

Masjid yang baru bahagia 

Kembali muram 

Sebuah masjid yang kesepian

Jangan bersedih 

Kami akan 

siap kembali

Sewaktu-waktu

Dalam tiga tahun ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun