Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tribun III

11 Oktober 2022   19:00 Diperbarui: 11 Oktober 2022   19:02 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ribuan nyawa 

Menggantung hidupnya 

Pada sebuah 

Baca juga: Tribun

Pintu 

Puluhan nyawa 

Mencoba memberi 

Baca juga: Tribun II

Kesempatan kedua 

Bagi yang ribuan 

Maut 

Baca juga: Pasar Selasa

Suatu antonim kehidupan 

Musuh utama 

Yang ditakuti

Tiada nyawa pun 

Pernah mengelabui 

Siapa sangka 

Maut juga berada 

Di antara yang ribuan dan yang puluhan 

Duduk 

Berdiri 

Mencatat-catat 

Mengamati 

Suatu proses penultima 

Berapa banyak yang akan direnggutnya? 

Tanpa rasa iba 

Pun 

Hitung-hitungan ekonomi dunia 

Setelah selesai, 

Maut beranjak pergi 

Namun bukan bertangan kosong 

Di belakangnya, 

Satu per satu nyawa meregang 

Mencoba daya terakhir 

Bertahan hidup sedikit saja 

Demi menyapa yang dicintai 

Yang tinggal dan menunggu di rumah 

Hanya saja,

Maut tidak pernah kalah 

Yang dicintai di rumah 

Yang dicintai yang menunggu di rumah 

Hanya sekedar menunggu 

Tiada lagi menemukan apa yang ditunggu 

Melainkan suatu boneka

Yang siap dikembalikan ke asalnya 

Yang merenggang hanya bisa pasrah 

Berteriak 

Menggerang 

Tapi tiada yang kuasa mendengar

Teriakan mereka sirna seketika 

Oleh hijab dunia gaib yang begitu tebal 

Maut menyelesaikan tugasnya 

Di atas Kanjuruhan 

Dia berhenti sejenak 

Mengamati keributan 

Keriuhan 

Asap 

Perkelahian 

Tangisan 

Sumpah serapah 

Maut tahu 

Ini bukan tugasnya yang terakhir 

Tanpa menjeda 

Dia membawa nyawa-nyawa yang diperlukannya 

Pekanbaru, 11 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun