Beberapa kejadian di masa silam, sedikit banyaknya, memberikan gambaran tantangan bagi bangsa dalam upaya konversi kendaraan listrik.Â
Bicara energi terbarukan, kami jadi teringat perbincangan kecil dengan rekan semasa Kuliah Kerja Nyata dulu. Pembangkit listrik terbarukan, misalnya yang memanfaatkan energi panas surya, tidak menghasilkan energi sebesar pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Belum lagi, komponen seperti sel surya yang tidak bisa didaur ulang. Jika ini benar, bukankah pembangkit listrik berenergi terbarukan juga berpotensi mengotori bumi berkat komponennya yang tidak bisa didaur ulang tersebut?
Juga, kita perlu memerhatikan berapa jumlah Watt yang diperlukan agar semua kendaraan listrik bisa diisi ulang seantero nusantara. Apakah kapasitas pembangkit listrik milik Pembangkit Listrik Negara sudah mencukupi?Â
Lebih penting lagi, apakah pengurangan emisi karbon menjadi satu-satunya tujuan konversi kendaraan listrik ini?
Jika jumlah kendaraan listrik nantinya tetap membludak di jalanan, bukankah hal seperti kemacetan tetap tidak bisa dicegah atau dipecahkan?Â
Ditulis di Pekanbaru pada 16 September 2022
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H