Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Harapan Baru

8 Agustus 2022   13:15 Diperbarui: 8 Agustus 2022   13:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini murni dibuat dengan pengetikan suara. Aplikasi pengetikan suaranya dibuat oleh Google. Kami tidak yakin betul nama dari aplikasinya, tapi sistem gawai kami menyebutkan bahwa namanya adalah pengetikan suara Google. Awalnya, sore tadi kami iseng-iseng membongkar setiap settingan yang ada di dalam gawai kami ini. 

Wajarlah, walaupun sudah lama mengenal gawai, tapi kami sejatinya masih kulo. 

Terlalu taken for granted. Intinya bisa sekitar chattingan, melihat foto-foto di Galeri, membuka Facebook, menonton YouTube, membaca Manga, membaca artikel di Kompasiana, menulis artikel di Kompasiana, menilai-nilai artikel di Kompasiana, ataupun memposting komentar di Kompasiana, itu semua laganya tidak memerlukan setingan yang aneh-aneh di setiap gawai. Tapi, entah dapat Ilham dari mana. 

Ketika sedang asyik mengendarai sepeda motor di atas lintasan tidak terlalu bagus Jalan Soebrantas, kami malah kepikiran dengan pengetikan suara ini. Kayaknya kami dulu pernah sekilas melihat tulisan tentang pengetikan suara ini. Lalu, kami cobalah dan voila hasilnya berada di luar dugaan kami. 

Ternyata pengetikan suara ini sangat praktis. Setidaknya sekedar mentranskripsikan suara ke dalam bentuk tulisan. Rasanya aneh. Selama ini kita mengenal pengetikan itu sebagai satu hal yang bersifat motorik. Suatu hal yang melibatkan tangan. 

Medianya berupa keyboard, layar, atau pena-pensil dan kertas dalam bentuk yang lebih konvensional. Tapi, malah ini kita memanfaatkan suara kita sebagai media untuk menulis. Sekali lagi, media untuk menulis! Bukan media untuk berpidato, untuk merekam, dan lain sebagainya. Tetapi untuk menulis!!! Ini sebuah game Changer yang sangat luar biasa. 

Menurut kami, suatu harapan baru bahwa literasi digital itu memang menuntut kita ke arah yang lebih dari yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Jika selama ini kita ditakutkan bahwa himpitan sempitnya waktu di era modern akan mengikis peluang kita untuk menulis, ternyata ketakutan itu terbukti sekitar ketakutan yang tidak berdasar. Kitaa bisa menulis ketika kita sedang bersantai di taman dan memikirkan sesuatu. 

Mungkin kita bisa memanfaatkan pengetikan suara agar ide-ide kita itu bisa disimpan dengan baik andai kata pada saat itu kita sedang malas menulis, atau tidak memikirkan untuk menulis sama sekali.  

Adanya pengetikan suara bukan berarti hilanglah minat kita terhadap metode penulisan secara konvensional. Pengetikan suara adalah suatu alternatif. Terkadang kita merasa terlalu Lelah atau malah mengalami write block sehingga kita malas melihat keyboard, atau pensil dan pena dari kertas di atas meja. 

Tetapi, kita kayaknya tidak pernah malas mendengarkan suara kita sendiri tidak peduli seberapa fales itu. Seberapa cempreng itu. Seberapa hancurnya suara kita. Bukktinya, masing-masing dari kita pasti pernah bernyanyi dengan riang di jalan raya. Kita yakin suara kita bagus walaupun orang yang mendengarkan agaknya memandang kita dengan sinis atau malah dengan penuh emosi. 

Tapi kita tidak peduli karena ini adalah suara kita. Suatu Anugerah Terindah Tuhan dan ada dalam diri kita.

Hal ini mengingatkan kami bahwa sejatinya kebudayaan kita dahulu dari segi literasi adalah kebudayaan yang oral. Sudah kenyang kayaknya kita membaca tentang sejarah sastra kita. Bahwa pada zaman dahulu, leluhur kita lebih memilih untuk menceritakan setiap kisah-kisah secara langsung. 

Memang hal ini agaknya memiliki kelemahan. Kisah-kisah yang mungkin jumlahnya ribuan itu tidak bisa kita ketahui lagi atau bahkan tidak bisa kita nikmati karena minimnya bukti-bukti tertulis. 

Akan tetapi, satu hal yang penting secara esensi, DNA kita telah terhubung dengan budaya oral ini. Memanfaatkan suara sebagai media untuk menyampaikan kisah-kisah Luhur dan kisah-kisah yang menginspirasi. 

Mungkin dengan pengetikan suara ini, kita bisa membangkitkan gairah kita untuk itu. Memang tidak mudah awalnya untuk merangkai setiap kata menjadi kalimat, setiap kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi suatu wacana utuh hanya dengan menggunakan suara. 

Mungkin karena belum terbiasa. Tetapi, sebagai kuncinya, ketika telah terbiasa mungkin hal ini menjadi satu keasikan tersendiri. Maka inilah perkembangan zaman yang kita saksikan dan kita nikmati. Mungkin di masa mendatang akan lebih aneh lagi metode penulisan yang akan dicetuskan oleh para inventor-inventor. 

Mungkin ketika kita memikirkan sesuatu dalam pikiran kita, entah bagaimana caranya, pikiran-pikiran itu telah ditranskripsikan menjadi satu bentuk tulisan. Mana tahu. 

Karena masa depan itu satu hal yang gaib, tetapi kayaknya kita bisa menebak-nembak dan mendengarkan dari apa yang kita ketahui pada masa ini. Entahlah. Semoga kita bisa melihat sedikit baagaimana bentuk penulisan di masa yang akan datang.

Ditulis pada tanggal 5 Agustus 20222

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun