Perjalanan pagi itu melelahkan. Bus-bus yang kami tumpangi tidak senyaman yang kami harapkan. Malahan, pengalaman perjalanan kami terasa menyebalkan.Â
AC-nya tidak berfungsi dengan baik. Kursinya jauh dari kata empuk. Beberapa kursi busanya telah menyeruak.Â
Malah ada yang bolong. Pintu jendelanya terkesan kuno sekali. Sebuah penjepit yang perlu ditekan. Kemudian didorong ke depan agar membuka.Â
Sangat manual. Kadang-kadang mentok oleh sesuatu yang gaib. Sialnya, anginnya masuk terhambat dan menyisakan hawa panas memanggang kami.Â
Keadaan terasa buruk di pertengahan perjalanan. Siang hari terik di jalanan penghubung di Kabupaten Kampar. Jauh dari pemukiman.Â
Semak dan belukar sahabat setia sepanjang perjalanan. Tapi, mereka tidak mengucapkan celotehan apapun. Alias, kebanyakan sudah terlelap.Â
Pak sopir juga kurang inisiatif. Tidak menyetel musik apapun. Para abangan di samping sopir juga asik berbicara satu circle. Tersisalah Kami para anak bawang menderita kantuk dan pusing. Â
Keberangkatan bus-bus dari pelataran sekolah berlangsung khidmat. Sebelum aroma anak muda menyeruak. Teriak-teriak. Kayak monyet. Foto-foto. Bibir monyong.Â
Beberapa terhormat ambil gitar dan bernyanyi. Kami masih ceria sekali. Padahal matahari telah naik sedikit. Cuacanya panas membakar. Sebagian besar dari kami berpakaian tertutup.Â
Di luar bus saja sudah ada yang berkeringat. Apalagi di dalam bus. Masuk ke dalam bus berlangsung khidmat. Tidak ada insiden salah masuk. Di dalam bus pun juga khidmat.Â
Tidak ada gejala gatal rebutan tempat duduk.Â
Mungkin kondisi bangku setengah mampus hancurkan birahi untuk itu.
Ditulis pada tanggl 24 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H