Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Ketikan yang Berbunyi

21 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 21 Desember 2018   07:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hanya layar kaku bewarna-warni
Setiap aku ketuk satu belahan, muncul satu huruf di tubuhnya
Dengan cepat aku menggoyangkan jemariku
Secepat itu pula layar kaku ini menampilkan rangkaian kata rancu

Sudah lama aku ingin seperti ini
Selama ini hanya pandai membaca
Sesekali nuansa hati menjadi gundah gulana
Kapan? Kapan aku bisa seperti mereka?

Beberapa kali aku berjalan sempoyongan ke suatu kedai buku
Tanpa sadar, mata ini berkaca melihat bukit-bukit buku yang menjulang indah
Terbesit di dalam hati, "Kapan namaku akan terpampang di dalam lembaran sejarah?"

Setidaknya terima kasih, para ketikan yang berbunyi
Setidaknya, selama dua bulan ini, kalian selalu menemaniku
Kalau bisa, temani aku hingga hayat pergi pamit tak kembali

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun