Hanya layar kaku bewarna-warni
Setiap aku ketuk satu belahan, muncul satu huruf di tubuhnya
Dengan cepat aku menggoyangkan jemariku
Secepat itu pula layar kaku ini menampilkan rangkaian kata rancu
Sudah lama aku ingin seperti ini
Selama ini hanya pandai membaca
Sesekali nuansa hati menjadi gundah gulana
Kapan? Kapan aku bisa seperti mereka?
Beberapa kali aku berjalan sempoyongan ke suatu kedai buku
Tanpa sadar, mata ini berkaca melihat bukit-bukit buku yang menjulang indah
Terbesit di dalam hati, "Kapan namaku akan terpampang di dalam lembaran sejarah?"
Setidaknya terima kasih, para ketikan yang berbunyi
Setidaknya, selama dua bulan ini, kalian selalu menemaniku
Kalau bisa, temani aku hingga hayat pergi pamit tak kembali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H