Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bingung

18 Desember 2018   09:04 Diperbarui: 18 Desember 2018   09:27 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Tidak cukup sekali, tiga kali sudah diulang-ulang perkataan itu. Sudah terlampau sopan orang ini malahan. Mengapa belum kunjung dibuka??
"Sepertinya yang punya tidak ada di tempat." Hanya itu satu-satunya alibi yang bisa dipikirkan. Lantas, kalaupun mau ngotot, mau menunggu sampai kapan? Pekerjaan sudah banyak menumpuk di tempat kerja. Tidak mungkin harus cuti atau cabut demi pemuda misterius ini.


Dan demikianlah, kos-kosan itu menjadi sepi dalam sekejap. Tidak ada lagi yang tinggal di sana. Semuanya begitu sibuk bekerja di tempat kerjanya masing-masing. Berada di tempat yang rawan, kosan ini dijaga oleh seorang satpam yang aneh. Dia begitu terobsesi dengan boneka-boneka buatan tangan gadis perawan. Sudah banyak koleksi bonekanya di pos penjagaan. Sudah banyak orang yang mengaku bergidik ngeri melihat kebiasaan aneh satpam ini. Padahal, dia aslinya ramah dan begitu sayang sama wanita.


"Lah, baru keluar nak?? Matahari sudah tinggi, tidak telat kamu pergi ke tempat kerja?"
Seorang pemuda keluar menggunakan jaket hitam yang tidak begitu menarik. Pandangan yang selalu menunduk ke bawah juga tidak menandakan ancaman apa-apa. "Tidak Pak. Saya memang bekerja jam segini."


***
Ruangan ini tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu. Dibilang sedang-sedang saja pun juga tanggung. Intinya, agak merepotkan jika harus menggambarkan dimensi dari ruangan ini. Catnya bewarna biru dengan beberapa garis putih yang tidak jelas fungsinya. Selain itu, juga hanya terdapat tiga pekerja yang ada di ruangan ini, dengan masing-masing meja kerja kosong di depan mereka.
"Mengapa merenung begitu??"


Ternyata memang benar, ini adalah tempat kerja dari pemuda yang berjanji di kosan aneh itu. Masih sulit baginya melupakan apa yang dia ucapkan semalam. Lagipula, dia bukanlah tipe manusia yang suka mengingkari janji dengan mudahnya.


"Ada sedikit masalah. Tapi, tidak perlu dipermasalahkan. Aku bisa mengatasinya sendiri. Hanya saja aku tidak tahu harus memulai dari mana."
Kipas angin yang menggantung di langit-langit ruangan itu bergerak secara perlahan-lahan. Hal ini tidak baik. Anginnya hampir tidak bisa dirasakan oleh mereka yang sedang kepanasan di ruangan itu. Sedari tadi hanya bisa mengipas-kipas kerah baju mereka. Tidak ada yang bisa dilakukan.
"Jangan terlalu dipikirkan. Nanti kamu juga akan tahu harus memulai dari mana."
***
Mentari kembali setinggi tombak, hanya saja sekarang sudah berada di arah barat. Sebentar lagi senja kembali menyapa. Jika sampai telat, bisa-bisa kamu bakal menabrak banyak anak jin yang berkeliaran di sekitaran kosan. Jangan bertindak anehh-aneh. Mereka berbagi alam dengan sesuatu yang tidak tampak.


"Sore satpam. Apa ada seseorang yang keluar dari ruangan itu?"
Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh si pemuda yang berjanji tetap membara. Padahal teman-teman yang lain sudah hampir membiarkan kejadian itu berlalu. Sudah dikirim pesan sebanyak-banyaknya melalui WA, tidak ada balasan. Sudah jelas, mereka tidak lagi memusingkan keberadaan pemuda baru itu.


"Maksud kamu pemuda yang tadi keluar siang-siang?? Ada saya lihat. Memang agak misterius. Tidak bernafsu saya sama dia."
Cukup geli mendengarkan perkataan itu. Pemuda yang berjanji itu kembali melanjutkan pertanyaannya, "Lalu, apa dia sudah balik Pak?" Tidak perlu waktu lama. 

Dalam sekejap jawabannya juga sudah datang, "Sudah." Tapi, tetap saja ada sesuatu yang janggal rasanya. Mengapa di jam hampir magrib seperti ini kosan masih terlihat sepi?? "Apa yang lain juga sudah balik Pak??"
"Sudah."


Memang aneh, tidak biasanya satpam menjawab seperti itu. Biasanya dia akan sedikit bercerita dulu. Tidak pernah dia menjawab dengan jawaban singkat seperti ini. Selain itu, mengapa dia selalu duduk membelakangi pemuda yang berjanji itu. Bahkan boneka-boneka kesayangannya pun juga tidak ada saat sekarang ini.


"Lah, tumben Pak, maksud saya, boneka-boneka kesayangan bapak ada dimana ya??"
Angin berhembus cukup tenang. Tidak ada yang terdengar di waktu-waktu menjelang pergantian masa ini, selain suara jangkrik yang semakin riuh. Pemandangan yang semakin redup itu juga diperburuk oleh keadaan kosan yang begitu sepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun