Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Putih

25 November 2018   10:15 Diperbarui: 25 November 2018   11:32 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pernah suatu masa, ketika hasrat untuk mencintai datang begitu menggelora

Terkadang, antara logika dan rasa tidak ada pembatas di antara keduanya

Ingin aku berteriak, "Aku suka kamu!!!" Tapi, lidah ini begitu kelu untuk mengatakan hal itu

Ingin aku berujar, "Hey, mau kah kamu makan siang bersamaku?" Tapi, kesempatan itu tak pernah datang menyapa diriku

Terkadang aku ingin bertanya kepada alam, "Apakah kami diizinkan bersama?" Tapi, hanya suara angin yang aku dengar, tanpa ada interpretasi apa pun

Meski telah pudar di ingatanku, ketika kami pertama kali bertemu

Sungguh, betapa aneh rasanya ketika pertama aku bertemu si Putih itu

Awalnya, jantung berdetak satu ketukan, kemudian naik satu ketukan, begitu seterusnya hingga ritme ketukan tertinggi

Awalnya, aku hanya menganggap dia "teman," namun kebersamaan membawa jiwa ini menuju alam jiwa yang lebih tinggi

Awalnya, hanya ingin sekedar mengenal dia saja. Sudah, setelah itu tidak ada lagi harapan apa-apa

Setelah sekian lama bersama, semakin terikat batinku kepadanya

Setiap saat, siluet dirinya masuk sebagai suatu posesi bagiku

Terkadang aku menjadi gila, dan memang gila

Aku menggigit pena, pensil, sikat gigi dan ujung hp-ku

Semuanya, gigitan itu, bagaikan suatu gelombang perasaan yang berusaha aku salurkan

Gila, memang gila. Melihat dia didekati lelaki lain, perasaan melow langsung datang menyergap dan menyandera diriku

Menangis, hanya itu kerjaanku, meski aku seorang pria baru lahir

Sudahlah, si Putih seakan memang menjadi suatu muara perasaan yang misterius bagiku

Aku baru mengayuh perasaan ini hingga pertengahan jalan, di depan hanya terlihat kabut tipis

Apakah ini yang disebut dengan hijab? Pembatas antara aku dengan dia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun