Perkembangan ini terjadi karena Telegram semakin menjadi pusat kegiatan kriminal, memungkinkan aktor ancaman untuk mengatur operasi mereka, mendistribusikan malware, dan memfasilitasi penjualan data curian dan barang ilegal lainnya sebagian karena upaya moderasi platform yang lemah.
"Salah satu alasan mengapa Telegram menarik bagi penjahat dunia maya adalah dugaan enkripsi bawaannya dan kemampuan untuk membuat saluran dan grup pribadi yang besar," ungkap KELA dalam analisis lengkap yang diterbitkan bulan lalu.
"Fitur-fitur ini menyulitkan penegak hukum dan peneliti keamanan untuk memantau dan melacak aktivitas kriminal di platform. Selain itu, penjahat dunia maya sering menggunakan bahasa kode dan ejaan alternatif untuk berkomunikasi di Telegram, membuatnya semakin menantang untuk menguraikan percakapan mereka."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H